9 ➵ can we just talk?

6.5K 1.1K 62
                                    


[]

Bisa kita ngomong sebentar?

[]

Gue menatap langit-langit dengan pandangan kosong. Pikiran gue bertabrakan. Rasanya aneh dan bingung. Gue seharusnya menyikapi semuanya lebih dewasa sejak awal.

Bodoh. Bego. Tolol. Goblok.

Kenapa gara-gara manusia setan satu itu gue bisa sampai kayak gini? Dia dijodohin. Fine. Seharusnya gue gak perlu memikirkan hal itu berlarut. Seseorang yang baru tiga minggu gue kenal, tingkahnya abnormal dan ngeselin, lalu gue tau fakta dia udah dijodohin.

Hei, seharusnya gue merasa baik-baik aja dong! Dia bukan siapa-siapa!

Dia cuma Jung Jaehyun!

Pikiran gue berteriak memarahi diri sendiri. Tapi batin gue enggak. Gue masih aja memikirkan hal kurang penting itu.

Dia dijodohin sama siapa? Siapa perempuan yang disiapkan orang tuanya? Sesempurna apa dia?

Tok, tok, tok!

Pintu gue berderit. Lantas wajah Lisa nampak di balik daun pintu itu. "Gue masuk ya?"

Gue berdeham singkat dan melanjutkan overthinking. Lisa ikutan baring di samping gue. Dia diam sesaat, sampai akhirnya dia memulai pembicaraan.

"Lo kenapa, dah? Baring gak jelas kayak ikan asin dikeringin. Ada masalah?" tanya Lisa pelan. Gue melirik cewek itu melalui ekor mata dan memejamkan mata perlahan.

Gue membuka mata dan menjawab, "Apa salah gue baper ama Jaehyun?"

Lisa langsung duduk dan mendelik tak percaya. "Enggak! Normal! Siapa juga yang gak baper kalau digituin! Kurang boyfriend material apa dia, Oci!? Ganteng iya, kaya iya, baik iya, gercep lagi! Wajar dong, kalo lo baper!"

Gue memutar bola mata jengah. "Biasa aja kali. Tapi dia ngeselin."

Lisa mendengus. "Cowok caper biasa, Ci. Mending capernya ke cewek, lah kalo ke cowok kan belok."

Gue berdecak. "Masalahnya itu... dia dijodohin."

Lisa terdiam sesaat. Lalu membulatkan bibirnya tanpa suara. "O. MY. GOODNESS. Berarti lo sama dia gak jadian... dong?"

Gue menggeleng pasrah. "Siapa ya jodohnya, Lis?"

"Kaum berduit pastinya. Ci... lo gak papa, kan? Lo gak merasa kretek-kretek gitu? Gak usah bawa perasaan lagi, Ci. Fokus aja sama kerjaan. Apa perlu gue peluk?" Lisa menawarkan pelukan dengan puppy eyes menggelikan. Dia membentangkan tangannya.

Gue mendengus dan menggeleng cepat. "Gak. Lo bau ketek."

"SEMBARANGAN, ROSEANNE!"

[]

Sesi curhat failed gue dengan Lisa berakhir dengan saling meledek. Jam menunjukkan pukul tujuh saat Jihyo meletakkan mie rebus ekstra cabe rawit di atas meja makan untuk gue.

Sesi curhat baru dimulai.

"Emang masih jaman jodoh-jodohan?" Eunha bertanya dengan nada kesal. Dia adalah pendemo nomor satu perjodohan Jaehyun. "Kuno banget kayak muka Jihyo.

Jihyo langsung mendelik ke arah Eunha. "Ngomong sekali lagi, mienya Oci nyasar di muka lo."

Eunha cengengesan. Gue mendesah berat. "Males sebenarnya bahas ginian."

Lisa berdecak. "Gak papa, elah. Bahan gosip ini. Lama-lama gue benci nih sama kaum berduit. Kenapa coba harus ketemu jodoh yang perfect?"

"Supaya penyaluran kekayaan berjalan baik, lah," tukas Jihyo dan meraih gelas es tehnya dan menyeruputnya pelan.

"Bener juga. Tapi untungnya si Oci masih dalam masa baper level kacang. Berabe kalau dia suka beneran," ucap Eunha.

Lisa menambahkan, "Oci sekalinya baper bikin heboh satu rumah."

"Serumah isi empat orang doang. Lebay lo, Kuaci." Jihyo sinis.

"Gimana ya.... Lo ngerti gak sih, rasanya dikasih hape baru, dua biji lagi, terus ternyata orangnya udah ada yang punya," ujar gue dan mengaduk mie tanpa semangat.

"Dia belum tunangan, kan? Masih aman itu," sergah Lisa.

"Betul! Masih abu-abu, Ci," timpal Eunha. "Eh, bentar. Coba gue tanyain Jungkook dulu."

Eunha meraih ponsel di kantong hoodie-nya, namun tangannya segera ditabok Lisa cukup keras. "AUWW, SAKIT, BEGE."

"Lo gila ya?! Ngapain nge-chat mantan cuma buat hal kayak gini. Malu-maluin, Una!" pekik Lisa kesal kuadrat.

Eunha memutar mata jengah. "Gue sama Jungkook itu sekarang udah temenan! Santuy, Lisa!"

Gue cuma diam melihat pertengkaran mereka. Akhirnya gue berkata, "Gak usah, Ha. Gak penting. Beneran."

Ting nong! Ting nong! Ting nong! Ting nong!

"SIAPA SIH?! RIBUT BANGET ELAH!" Lisa berseru tidak santai dan berdiri tidak selow. Dia berjalan ke pintu utama dan membukanya dengan tenaga berlebih.

Jihyo berjengit. "Gue takut pintunya copot."

Gue terkekeh pelan. Eunha berusaha mengintip si tamu yang ketutupan tubuh bongsor Lisa.

"Rose, ini si Jupri nyariin! Panjang umur banget bocah. Heran gue." Lisa berseru dari pintu depan. "Macem-macem ke Rose...."

Gue melirik Lisa yang kini memperagakan pisau memotong leher. Gue masih dengan kebingungan—Jupri itu siapa, ya?

"Jupri siapa, Lis?" tanya Eunha heran.

"Itu, siapa sih.... Jaehyun!"

Gue meneguk ludah kasar. "Dia lagi?"

[]

"Kenapa, Jae?" tanya gue berusaha tidak emosi.

Dia tersenyum simpul. "Lo marah sama gue, ya, karena hape?"

Gue mendesah berat. "Gue balikin aja, ya? Gue gak butuh, Jae. Beneran."

Jaehyun terkekeh kecil. "Lo manggil nama gue. Lucu, deh."

Gue memutar bola mata sebal. Jangan bikin baper, dong! "Bisa kita ngomong sebentar?"

Jaehyun mengangkat alisnya. "Tentang apa? Keliatan penting, nih."

"Sebentar doang. Di taman komplek aja. Gue ambil hoodie dulu."

[]

kecanduan nulis, bahaya bahaya bahaya

hit the star if u enjoy it!

-panda

Alpas ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang