(44)

4.4K 478 86
                                    

"Apa itu arti aku untuk Mas?" Mengusap air mata cepat, gue malah memaksakan senyuman sekarang.

"Aku cuma mau ngasih Mas waktu untuk mikirin semuanya baik-baik, siapa yang ada dihati Mas sebenernya, sebelum semuanya semakin terlanjur."

Gue bersikap bukan tanpa alasan, sikap dingin gue adalah cara untuk memberi jarak, supaya Mas Langit lebih leluasa untuk berpikir, kaya yang gue bilang ke Ama, gue takut rasa cinta yang dimaksud Mas Langit ke gue ternyata cuma rasa nyaman yang disalah artikan.

Dengan gue narik diri kaya gini, gue mau Mas Langit sadar dengan perasaannya, berjarak dengan gue atau dengan Dinda, siapa yang lebih Mas Langit butuhkan? Siapa yang lebih Mas Langit rindukan? Gue mau Mas Langit sadar akan hal itu.

Nggak cuma Mas Langit, dengan narik diri kaya gini gue juga bisa memastikan satu hal, saat ini gue sadar, gue sangat membutuhkan Mas Langit, gue sangat mencintai Mas Langit, sangat.

"Mas milih kamu, apa itu belum cukup?" Gue menggeleng pelan.

"Enggak Mas, aku nggak mau maksa Mas bertahan kalau ternyata perempuan lain yang Mas inginkan." Gue nggak mau memaksakan, gue nggak mau Mas Langit menyesal juga dikemudian hari.

"Nga, Mas milih nama Dinda itu kaya Mas setuju sama Ama, andai kata Jian ngelamar Dinda dan Dinda nolak, Mas juga akan nyaranin Ama untuk Jian, Dinda atau Ama nggak ada bedanya dalam pandangan Mas."

"Mas yakin? Mas yakin cuma karena itu? Tapi Bunga belum yakin Mas, tiga bulan, Bunga ngasih Mas waktu satu bulan untuk mikirin semuanya, mikirin sebenarnya siapa yang ada dihati Mas, mikirin apa yang terbaik untuk kita berdua."

"Tiga bulan apa sih Nga? Kamu mau menghidar dari Mas selama itu? Bersikap dingin sama Mas? Itu nggak mungkin, Mas nggak setuju." Tolak Mas Langit tapi gue masih memaksakan senyuman, walaupun Mas Langit nggak setuju, ini tetap yang gue mau.

"Aku nggak akan menghindar dari Mas, aku akan tetap memenuhi kewajiban aku selayaknya istri Mas tapi jangan tanya apapun yang menyangkut tentang hati atau perasaan aku." Ini yang gue mau, gue cuma mau memastikan perasaan Mas Langit, gue nggak mau terus melanjutkan hidup dengan penuh keraguan.

"Kamu kenapa sebenernya? Kamu nggak percaya sama Mas?" Gue menggeleng cepat, gue bukan nggak percaya sama Mas Langit tapi gue mau meyakinkan diri gue sendiri.

"Kalau memang Mas milih aku, Mas cinta sama aku, waktu tiga bulan nggak akan lamakan?" Gue percaya sama semua sikap Mas Langit, dia tulus sama gue tapi kata-katanya setiap kali nyebut nama Dinda terus aja membuat gue meragu dan itu sangat mengganggu.

"Tapi tiga bulan itu berlebihan, satu bulan Mas rasa udah sangat cukup untuk menghilangkan keraguan kamu dan ini bukan untuk kamu bantah lagi." Diamnya gue bisa dianggap persetujuan, gue memang udah nggak bisa membantah.

"Apa kita nginep disini?" Tanya gue mengalihkan pembicaraan, kita di rumah lama Mas Langit soalnya.

"Apa kamu mau tinggal dirumah Bunda? Atau rumah Papa?" Gue menggeleng cepat.

Mungkin tinggal disini untuk sekarang jauh lebih baik, gue nggak perlu terlalu memaksakan diri untuk bersikap manis sama Mas Langit didepan keluarga, nggak didepan keluarga gue atau bahkan didepan keluarga Mas Langit sekalipun.

Tinggal disini juga bisa mengurangi beban gue, gue nggak harus ngadepin Mas Bintang atau Bu Lia, sekarang gue lebih takut rumah tangga gue hancur karena perasaan gue sendiri daripada harus takut kehilangan Mas Langit karena keluarganya.

"Kalau gitu aku nyiapin makan siang dulu." Gue beberes dan balik turun ke bawah berencana masakin Mas Langit sesuatu, untung di minimarket tadi gue sempat ngambil beberapa bahan dapur.

Ketika Langit Mencintai Bunga (END)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora