Adveksi

11.1K 1.3K 40
                                    

Adveksi; geo; adalah proses perpindahan awan dari satu titik ke titik lain dalam satu horizontal akibat arus angin atau perbedaan tekanan udara.
.
.

Gayatri hanya bisa terduduk lemas setelah membaca sebuah surat dari atasannya. Gadis itu memenuhi panggilan komandannya setelah kemarin telat banyak ketika rapat koordinasi. Di dalam ruangan, Gayatri tidak di marahi atau mendapat hukuman fisik. Tetapi gadis itu hanya mendapat sebuah surat yang berkop instansi kepolisian. Setelah itu, Gayatri pamit undur diri dan memilih mencari tempat duduk di lorong kantor yang agak sepi.

Perlahan gadis itu membuka suratnya. Kemungkinan dirinya akan di mutasi, tapi rasanya tak mungkin hanya karena melanggar kode etik disiplin dirinya bisa di mutasi. Tapi entahlah, dirinya juga masih penasaran.

Namun Gayatri hanya bisa menghela nafasnya ketika dirinya harus di tugaskan kembali ke operasi yang lebih berbahaya. Bukan hanya sekedar mengamankan massa demonstrasi. Dan ya, terpaksa Gayatri berpindah haluan. Gadis itu tidak di libatkan lagi di pengamanan yang sempat di bahas tetapi ia mendapat tugas untuk menyelidiki kasus narkoba skala internasional. Dan nama gembong narkoba yang telah menjadi buronan kepolisian bertahun-tahun kini menjadi targetnya.

"Rusdi Gustoro." Gumamnya pelan menyebutkan salah satu orang yang membuat polisi kelimpungan beberapa tahun belakangan ini. Setiap operasi yang di lakukan oleh polisi, orang ini selalu saja lolos dan pergerakannya cukup senyap, tak ada yang tahu keberadaannya pasti, tetapi orang ini sangat berpengaruh terhadap pasar gelap narkoba yang merajai Asia Tenggara dan Asia Timur.

Dalam benaknya, apakah dirinya bisa berhasil? Operasi kemarin saja adalah operasi perdana yang cukup menguras mental fisiknya. Lalu apakah akan sama seperti kemarin?

"Eh, Lo Ta." Gayatri tersentak ketika bahunya di tepuk oleh salah satu temanya, Meta.

"Lagi apa di sini? Nggak ngantor lo?" Meta, teman satu perjuangannya lantas mengambil duduk di samping gadis tersebut. Meta adalah teman satu angkatan dulu ketika menyelesaikan pendidikan Bintara.

"Ngantor kok. Lo?"

"Gue? Sama, cuma ya ada new case kali ini." Gayatri kembali mengangguk. Gadis itu lantas menyimpan suratnya kembali.

"Lama ya kita nggak ngobrol kayak gini. Terakhir dua bulan yang lalu sebelum lo dikirim ke Kalimantan." Ujar Meta. Di kantornya, mereka berdua cukup akrab bahkan seringnya mereka bersama.

Gayatri terkekeh pelan di tempatnya. "Kangen cie ceritanya sama gue nih?"

Meta lantas berdecak. "Apaan kangen ke elo?! Najong!" Kali ini Gayatri tertawa lepas, ia rindu dengan guyonan Meta.

"Rindu kalau di simpen lama-lama jadi penyakit. Mending di keluarin." Gayatri mengangkat alisnya sambil tersenyum, seolah meledek kembali gadis berwajah agak kearaban itu.

"Bacot lo!"

Gayatri kembali terkekeh, "Nah kan. Mau curhat?"
Gayatri tahu jika Meta tak pernah absen curhat padanya. Gadis itu sudah seperti tempat sampah Meta dalam mengeluarkan keluh kesah sampai umpatan yang kadang bikin Gayatri geleng kepala.

Meta meringis, "Tau aja kalau gue butuh ngomong sama lo."

Gayatri mencibir, "Halah basi!" Meta langsung tergelak.

"Nanti gue nginep ye di kontrakan lu. Kangen ngomong sampe pagi."

"Nggak gratis seyeng." Meta memutar bola matanya malas.

DersikWhere stories live. Discover now