Antiklin

10.8K 1.5K 114
                                    

Antiklin atau dikenal juga dengan sebutan punggung lipatan, adalah unsur geometri lipatan yang memiliki permukaan cembung (conveks) dengan arah cembungan ke atas. Bagian ini mempunyai  2 buah limb yang arah kemiringannya berlainan dan saling menjauh satu dengan yang lainnya. Dibagian tengah antiklin terdapat core atau inti antiklin.
.
.

"Kamu tadi dengar 'kan?" tanya Raksa di tengah-tengah mereka makan di kantin rumah sakit. Setelah Gayatri mandi, Raksa mengajak gadis itu untuk makan. Bisa dibilang makan siang karena sudah pukul setengah 12 siang.

Setelah Lesmana datang, Gayatri baru bisa meninggalkan sang ayah. Ia juga tak tega meninggalkan ayahnya sendirian di ruangan rawat inapnya. Sembari menunggu Lesmana datang, Raksa lebih banyak mengobrol dengan ayah dibandingkan dengan Gayatri yang memilih diam sambil mendengarkan baik-baik.

Gayatri yang mengunyah makanannya seketika mendongak dan menatap Raksa yang sudah selesai makan. "Kenapa?"

Raksa tersenyum, "nggak apa-apa. Aku sudah tahu kok." Ucap Raksa yang ambigu di mata Gayatri.

Gayatri memilih melengos, gadis itu lalu menghabiskan makanannya. Ia kira makannya sudah cepat, tetapi kalah cepat dengan Raksa yang hanya sekejap saja bisa menghabiskan porsi kuli. Dasar perut embung, begitu batin Gayatri.

"Kalau nambah bilang saja." Ucap Raksa tanpa ragu. Gayatri menatap jengah laki-laki di depannya itu. "Bukannya kamu yang suka  nambah kalau makan ya?"

Raksa terkekeh di tempatnya, "cie udah aku kamu."

"Dih, nggak jelas banget." Cibir Gayatri dengan gayanya yang khas serta agak ke-gep malu-malu oleh Raksa. Sedangkan Raksa kini malah bangkit dari duduknya. Gayatri sudah tahu jika laki-laki itu tak cukup makan satu porsi saja. Pasti Raksa ingin nambah lagi.

"Nambah lagi?" tanya Gayatri memastikan.

Raksa mengangguk, "aku belum sarapan dan tadi pagi ada urusan sedikit. Setelah itu langsung ke sini." Lalu Raksa memesan kembali makanan yang tentunya tak cukup satu porsi saja itu.

"Ya?" ucap Raksa di tengah-tengah ia menghabiskan makanannya. Gayatri baru saja selesai makan dan menyedot es tehnya untuk kesekian kalinya.

"Aku sudah izin ke ayahmu, bagaimana?"

Gayatri menatap Raksa yang kini mulai mengajak bicara ke ranah yang lebih serius. Demi apa ia belum siap untuk menjawab semua pertanyaan Raksa. Masih ada hal yang mengganjal hatinya. Bukan sebuah keraguan tapi hal yang membuatnya belum bisa menerima ajakan menikah Raksa secepatnya itu.

"Jujur aku sangat senang mengetahui ayah setuju. Tapi sepertinya jawabannya masih sama seperti kemarin." Jawab Gayatri pelan.

Raksa di tempatnya mengangguk kecil. "Baik aku paham. Ternyata semua ini butuh proses termasuk cinta." Ujarnya yang membuat Gayatri tambah terdiam. Jujur ia bingung sekarang.

"Sudah. Kamu jangan memikirkan lebih dalam lagi. Aku bakal nunggu kamu siap. Satu tahun? Dua tahun? Tapi jangan lama-lama ya, Ya? Keburu tua nanti." Ucap Raksa dengan kekehan pelan di akhir kalimat.

Gayatri ikut terkekeh pelan, "iya bawel. Sana makan dulu." Raksa ikut terkekeh kembali di tempatnya dan menghabiskan makannya yang kedua itu.

"Emm, aku mau tanya ke kamu, boleh?"

DersikOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz