Limpasan

11.4K 1.3K 35
                                    

Limpasan
.
Bagian curah hujan yang kelihatan mengalir di sungai atau saluran buatan di permukaan tanah, merupakan aliran yang terkumpul dari daerah pengaliran dan akan meninggalkan daerah itu pada suatu titik tertentu;
.

Gayatri melirik kesal ke arah jam tangannya. Ia sudah hampir setengah jam menunggu Raksa di salah satu tempat tongkrongan yang menjadi favorit untuk mengerjakan tugas, baik tugas sekolah, kuliah maupun untuk meeting-meeting santai sambil ngopi. Kekesalannya terbuyarkan oleh pesan via whatsapp. Raksa mengatakan jika akan telat sekitar 30 menit karena masih ada urusan di kantornya.

Gayatri mendengus, memilih memanfaatkan layanan Wifi yang tersedia. Seperti biasanya, Gayatri lebih memilih berselancar di aplikasi instagram. Gadis itu hanya scroll-scroll saja dan ternyata sangat membosankan.

"Maaf telat." Gayatri mendongak. Raksa terlihat tergesa-gesa dengan membawa ransel hitam. Lantas laki-laki itu duduk di depan Gayatri yang masih di lingkupi kekesalan.

"Udah pesen? Pesen dulu, makan baru kita mulai."

"Saya sudah makan." Jawab Gayatri datar. Ia sudah terlebih dahulu kelaparan tadi. Jadinya sebelum ke tempat ini, gadis itu makan terlebih dahulu di kontrakan.

Raksa mengangguk, lalu menyalakan laptopnya. "Saya sudah install semuanya. Jadi tinggal pilih mau belajar yang mana."

Lantas Gayatri mengarahkan Raksa yang belajar dengan sabar. Gadis itu juga dengan pelan-pelan mengajarkan tentang pengolahan data yang sempat ia comot ilmunya ketika ikut pelatihan dan seminar. Gayatri tak masalah membagi ilmunya sebab gadis itu tahu jika mereka sama-sama berkepentingan untuk negara.

"Nah pas in sama sensornya. Kalau pake sensor temporal yang quick time, kadar pixelnya rendah, resolusi kurang bagus. Pake yang lebih tinggi kualitas resolusinya. Bisa pake data BIG."

"Nah resolusi citra nih ada 4, spasial, spektral, temporal sama radiometrik. Ini pasti udah tahu kalau belum bisa baca sendiri."

Namun Raksa justru terkekeh, "Seharusnya lo itu masuk Kowad deh. Ilmu lo jauh berguna disana. Kita lagi cari bibit yang bisa mengolah data seperti ini."

"Di intansi saya pun tetep berguna. But, sometimes i look like lecturer, no police, lol banget kan?" Gayatri justru tertarik dengan ucapan Raksa. Baginya itu bukan sindiran tetapi sebuah argument yang memunculkan sebuah pemikiran baru.

"Ya setidaknya--- panggil lo gue aja ya? Pegel ngomong aku kamu, saya kamu. Kayak orang pedekate aja." Antara sadar tak sadar, Gayatri membuat Raksa menahan senyumnya. Ternyata gadis itu terlihat lebih santai ketimbang beberapa waktu lalu dan kini berani bicara lebih.

"Terserah."

"Oke. Setidaknya gue paham dengan ilmu yang gue sukai. Ini bukan perkara sayang gak diterapin disini tapi bagaimana kita bisa mengaplikasikan ilmu kita bukan pada bidangnya saja, kadang bidang lain pun bisa. Nggak ada ilmu yang sia-sia."

"Tapi penjelasan lo lebih enak ketimbang dosen gue yang udah Profesor loh. Lebih kena di praktiknya ketimbang teori yang lebih rumit dari rumus rumit matematika."

Gayatri terkekeh dengan ucapan Raksa. Tak menyangka jika laki-laki itu punya sisi yang tidak di sadari dirinya sekalipun.

"Tapi biasanya instansi bakal nyediain kursus dan lebih mendetail dengan strategi lebih matang. Ibarat gini, kadang dalam membaca citra yang menurut orang awam ini ribet dan apa sih itu pun juga ada tekniknya. Bedain antara vegetasi juga, rona gelap terang, jalur yang bakal di gunain. Kelihatannya sepele tapi berguna."

DersikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang