Akuifer

10.8K 1.4K 101
                                    

Akuifer adalah lapisan tanah yang memiliki kandungan air yang mengalir melalui ronga-rongan udara kedalam bawah tanah (Herlambang, 1996)
.
.
.

Gayatri masih sibuk membolak-balikkan botol susu kaleng yang sudah kosong itu sambil berpikir keras. Sesekali menghembuskan nafasnya berat ketika tak kunjung mendapatkan pencerahan malam ini. Tiba-tiba gawainya bergetar. Lantas gadis itu meletakkan botol susu yang ia mainkan tadi dan mengangkat teleponnya.

"Wa'alaikumussalam. Iya. Gue di kantor. Ada apa?"

"Bisa ketemu sama gue sebentar?" Ucap seseorang di seberang.

Gayatri dengan cepat melirik jam dinding di kantor kerjanya. Sekarang pukul 8 malam dan dirinya belum juga pulang ke kontrakan. Akhir-akhir ini memang dirinya sangat sibuk hingga tak pulang ke rumah. Selain itu, ada hal lain yang membuat pikirannya penuh, sampai-sampai kepalanya ingin meledak. Tak jarang dirinya berpikir keras hingga kepalanya sakit, semuanya ia tanggung sendiri. Ada banyak beban yang benar-benar ia pikul sendiri. Semua di pikir secara keras hingga tak jarang menjadi bom waktu.

"Sekarang aja. Gue tunggu di angkringan depan Polres."

"Jangan. Gue udah milih tempat privat kali ini. Di daerah Fatmawati ya."

"Hah? Ck, gue lagi males kesana." Jarak antara kantornya dengan daerah Fatmawati tidaklah jauh dan hanya membutuhkan waktu sekitaran setengah jam-an jika tak macet. Tetapi kali ini Gayatri lelah untuk sekedar berpikir dan menggerakkan tubuhnya ke suatu tempat.

"Nggak lama kok. Please ini penting." Ucap laki-laki-laki bersuara berat yang sangat familiar bagi Gayatri. Namun, nampaknya laki-laki itu memang butuh Gayatri saat ini jika di dengar dari nada bicaranya dan inisiatif agar mereka bisa bertemu.

"Lo inget nggak pas di hutan. Ada yang make senjata elit milik TNI. gue bener-bener butuh lo sekarang."

Gayatri hendak menolak, tetapi gadis itu juga tak tega. Akhirnya Gayatri mengiyakan permintaan Raksa. Mungkin Raksa memang benar-benar butuh bantuan dirinya.

"Oke deh. Tunggu gue di sana." Setelah itu panggilan mereka terputus. Gayatri langsung membereskan barang-barangnya yang berceceran di atas meja kantornya. Lantas Gayatri langsung bergegas.

Gayatri langsung menuju tempat yang Raksa maksud. Malam ini agak lancar lalu lintasnya sehingga bisa menekan waktu dan sampai di Jakarta Selatan sekitaran 20 menitan.

Gayatri menatap sekitarnya, lalu kembali menghubungi Raksa dan laki-laki itu ternyata berdiri menunggu di dekat pilar pintu masuk.

"Cepet banget sampai sini. Terbang?" Gayatri menggeleng sambil menatap jengah Raksa, "Ngaco!"

"Eh benaran ya gue serius nanya. Kalau di hitung, sini ke tempat kerja lo paling cepet sekitaran 40 menitan. Dan lo sekitaran 30 menit udah sampai."

"Ya bisa lah. Udah biasa juga naik cepet." Gayatri sudah terbiasa naik dengan kecepatan tinggi. Bahkan rata-rata gadis itu bisa mengendarai motor di atas 90 km/jam di area yang tak macet dan sangat lancar.

"Terserah lah. Yang penting cepet sampai sini." Sahut Raksa kemudian. Gayatri menatap laki-laki itu jengah, "dasar aneh!"

Lalu Raksa mengajak Gayatri masuk ke dalam restoran. Gadis itu di ajak di salah satu ruangan yang cukup privat dan kedap suara, "niat banget ngajak gue ke tempat ginian. Padahal kalau mau ngobrol di pinggir jalan lebih enak."

DersikDär berättelser lever. Upptäck nu