Obsekuen

10.5K 1.4K 107
                                    

Sungai Obsekuen, adalah sungai yang arah alirannya berlawanan dengan arah kemiringan lapisan batuan dan berlawanan pula dengan sungai konsekuen.
.
.

Gayatri menyenderkan kepala di kursi mobil. Hari ini mereka bertiga yaitu dirinya, Esa dan Briptu Aidan memutuskan pergi ke daerah Banten. Berbekal beberapa alat pelacak dan senjata, mereka berangkat dan menargetkan beberapa hal penting.

Akhirnya mereka sampai di daerah dengan jalanan sempit dan sepi. Bahkan hanya kebun tebu yang menjadi dominasi disana. Tak ada yang penerangan yang cukup terang, hanya lampu jalan yang nyalanya mirip mata mengantuk.

"Kita nggak bisa nerusin jalan terlalu jauh. Ini sangat beresiko. Dikhawatirkan terdapat banyak orang di sana yang memang dikhususkan untuk menjaga gudang. Jadi mungkin nanti dua dari kita turun dan mempelajari daerah tersebut dengan cermat."

Biasanya sebelum melakukan operasi, mereka melakukan beberapa tahap untuk kematangan operasi nanti. Termasuk terjun langsung memastikan  daerah yang hendak di jadikan operasi. Uniknya lagi kebanyakan mereka melakukan hal semacam ini ketika malam hari. Bukan karena pengecut, tetapi malam hari adalah waktu dimana orang jarang melakukan aktivitas  dan bisa dengan leluasa melakukan survey lapangan.

"Gue aja yang turun nggak papa." Ucap Gayatri.

"Beneran Ya?" tanya Esa. Rencananya yang turun adalah dirinya dan Briptu Aidan. Sedangkan Gayatri tetap di dalam mobil.

"Iya bener kok. Santai aja. Gue juga pengen tahu gimana kondisi daerah sini."

Lalu Esa menatap Briptu Aidan dan Briptu Aidan langsung mengangguk. "Oke, gue turun sama lo Ya. Biar Bang Aidan di mobil saja. Nggak bisa kita ninggalin mobil di sini sendirian."

Gayatri lalu mengangguk dan memakai hoodienya serta menutup kepalanya dengan tudung hoodie. Gadis itu lalu berpencar dengan Esa. Gayatri berjalan menuju semak-semak dengan membawa beberapa senjata seperti pistol dan pisau lipat.
Walaupun gelap, Gayatri tetap bisa melihat jalanan dengan membawa senter kecil dengan nyala redup. Sepanjang berjalan gadis itu menatap sekitarnya, memastikan daerahnya dengan baik dan aman.

Netra Gayatri menatap gudang yang berada di radius 50 meter dari tempatnya. Gadis itu berdiri di balik pohon trembesi yang tumbuh besar dengan sikap yang santai dan awas.

Sembari mengamati gudang tersebut, mata Gayatri juga menatap sekitarnya. Ia juga memperhitungkan ketika nanti terjadi operasi di sana. Ia memperhitungkan bagaimana mengambil langkah tepat jika terjadi chaos seperti berlari dan mengepung dari arah mana saja.

Berdiri di balik pohon dengan keadaan gelap dan banyak nyamuk sudah Gayatri jalani sejak pertama kali masuk di satuan ini. Gadis itu juga tak jarang melihat ular karena sering blusukan ke dalam hutan ataupun lahan yang ditanami berbagai pepohonan.

Gayatri lalu mengambil gawainya dan mengambil gambar gudang tersebut. Setelah itu ia berpindah tempat dengan melewati rerumputan yang panjang. Gayatri berjalan cukup jauh dari tempat asalnya tadi dan menemukan sebuah jalan yang muat untuk satu mobil saja. Jalan tersebut hanya berupa tanah yang membelah kebun. Lalu gadis itu mengambil gambar kembali. Niat hati untuk menelusuri jalanan tersebut, tetapi karena kondisi gelap, Gayatri mengurungkannya.

Setelah merasa cukup mengelilingi tempat tersebut, Gayatri menghubungi Esa. Ternyata laki-laki itu sudah kembali ke mobil.

"Lama amat. Ngapain aja Ya?" tanya Esa begitu Gayatri sampai mobil.

DersikWhere stories live. Discover now