Pinnate

10.1K 1.4K 96
                                    

Pinnate, Pola Pinnate adalah aliran sungai yang mana muara anak sungai membentuk sudut lancip dengan sungai induk. Sungai ini biasanya terdapat pada bukit yang lerengnya terjal.
.
.

"Mama mana Yah?" tanya Raksa begitu keluar dari kamarnya dan berjalan menuju teras rumah. Laki-laki itu kini menginap di kediaman  orang tuanya yang berada di Jakarta. Raksa datang tadi habis subuh dan akan kembali besok pagi karena harus berdinas lagi.

"Pergi ke depan beli sayur keliling, kenapa?"

Raksa berdecak pelan, "mau minta mama masakin rawon."

Ditempatnya Damar ikut berdecak, "ingat umur! masih minta dimasakin mamanya mulu."

"Papa juga, masih minta mama masakin." Sahut Raksa tanpa beban.

"Ayah heran kenapa dulu dosen pembimbingmu ngasih kamu gelar cumlaude pas sidang." Raksa seketika tertawa mendengar sindiran sang Ayah.

"Makanya segera kenalkan pacar kamu itu." Sambung Damar lagi. Tiba-tiba Damar out of topic.

Raksa yang sebelumnya berdiri kemudian ikut duduk di teras bersama sang Ayah. Mereka berdua duduk sambil menikmati cuti yang jarang bisa mereka nikmati secara longgar bersama keluarga.

"Ganti topik aja Yah."

Damar lalu melipat koran yang sengaja ia baca pagi ini. Biasanya ia tak sempat membaca habis semua koran hariannya. Tetapi ketika libur dan di rumah, Damar bisa leluasa membaca koran sambil menikmati pagi yang cerah dan tenang. Maksudnya tanpa beban dinas dadakan yang kadang menyita waktu liburnya.

"Terus siapa gadis yang sering kamu temui itu?" Raksa seketika menatap sang ayah yang terlihat begitu tenang. Siapa yang tak kaget bila sang ayah tiba-tiba berbicara ke ranah privasinya?

Raksa sejenak menarik nafasnya dalam. "Tarik Yah. Tarik. Nggak ada gunanya Ayah mata-matai Raksa begitu detailnya." Tanpa bertanya lebih Raksa sudah tahu apa yang Ayahnya lakukan.

Damar di tempatnya menghembuskan nafasnya perlahan. "Bukan maksud Ayah mengusik kehidupan pribadimu nak, Ayah hanya memastikan saja."

"Memastikan apa Yah? nggak seharusnya Ayah mengawasi setiap kegiatan Raksa. Nggak lucu dan buang-buang waktu, uang, dan tenaga. Lebih baik prajurit ayah kirim ke daerah operasi atau perbatasan daripada harus menjadi mata-mata Raksa."

"Siapa gadis itu?"

Raksa menghembuskan nafasnya keras, merasa kesal dengan sikap over sang ayah. Benar kata Hira, ayahnya itu terlalu lebay dan banyak terlibat dalam kehidupan anak-anaknya yang sudah dewasa itu.

"Gadis mana Yah? Raksa kan sudah bilang kalau Raksa nggak ada kekasih saat ini. Jadi, jawaban macam apa yang harus Raksa sampaikan?"

"Polwan yang sering kamu temui itu."

Raksa ditempatnya tambah gusar dan kesal. Mengapa Ayahnya begitu ikut campur dengan urusan pribadinya dan membawa Gayatri masuk dalam kehidupannya itu?

"Raksa bakal tarik paksa kalau ternyata Gayatri ikut di mata-matai."

"Jadi namanya Gayatri? jadi kapan kamu bawa kesini?"

Raksa lalu menatap ayahnya tak percaya. Sungguh ini benar-benar di luar espektasinya.

"Baik, Raksa yang akan turun tangan sendiri."

DersikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang