ATTESA : 16

698 113 61
                                    

✨✨✨✨✨

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

✨✨✨✨✨

"Gue gapapa. Gak usah lebay!"

Sedang enak-enak rebahan, Hartsa dihadiahi oleh teriakkan sang kakak yang melengking sambil memeluknya.

"Siapa yang bikin lo kek gini? Duh, besok hari pernikahan gue, kenapa lo harus sakit segala...."

"Astaga, yang namanya musibah mana tau. Lagian hal kek gini udah biasa kali."

"Tapi kan, lo gak pernah masuk rumah sakit gara-gara futsal!"

"Helsy yang nyuruh gue di bawa ke sini."

"Helsy? Mana dia?" Fierra celingak-celinguk dan tidak menemukan ada orang lain selain dirinya.

"Gue suruh pulang, udah kesorean soalnya temennya juga pada nungguin. Tadi ada Andrik sama Faldo, tapi gak tau ke mana. Paling makan sambil bawa kabur dompet gue, tuh."

"Gue kira lo ditemenin Pega."

"Gak, dia gak ikutan. Tadi yang nelpon lo pake hp gue itu Helsy."

Ah, pantas saja Fierra merasa kenal suara siapa yang tadi menghubunginya. Ia langsung bergegas tanpa menyempatkan diri berdandan lebih dulu demi adiknya. Lagi pula orang tua mereka lembur hari ini, jadi Fierra yang turun tangan.

"Kak, bawa gue pulang, dong!"

"Kata dokter apa?"

"Gak tau."

"Lah?"

"Dokter ngomong sama Helsy. Tadi gue pura-pura sekarat."

Walau penuturan Hartsa terkesan ambigu. Fierra masih bisa paham apa yang adiknya ucapkan. Ia tersenyum jahil, menoel-noel pipi Hartsa membuat cowok itu geli sendiri.

"Biar apa? Dikhawatirin sama Pega atau Helsy?"

Ia menggaruk tengkuknya salah tingkah. Pada awalnya, dia memang merasakan sakit nyaris saja pingsan. Tapi seorang Hartsa tidak selemah itu, apa lagi bisa dikalahkan seorang Lean. Tidak akan!

Namun, jika ia boleh menambah alasan lain mungkin ini terdengar bodoh. Memang kenyataan bahwa Hartsa ingin merasakan perhatian Helsy lebih lama.

"Akhirnya! Adik gue suka sama cewek!" Fierra jadi heboh sendiri.

"Sok tau, siapa juga yang bahas soal perasaan di sini? Gue gak percaya cinta, gak mau berbagi percaya sama orang lain."

"Lo pembohong yang gak berbakat. Mau sampai kapan dibelenggu trauma seperti itu? Semakin lo dewasa, semakin lo menemukan jutaan topeng di muka bumi ini. Tapi, gak menutup kemungkinan lo tengah dikelilingi orang baik. Kayak Pega, lo belum sepenuhnya percaya ke dia, tapi ada gak dia ninggalin lo dari kecil sampai sekarang? Gak, kan? Kadang gue kasian tau sama dia, gak pekaan banget lo jadi orang!"

ATTESA [Completed] Donde viven las historias. Descúbrelo ahora