ATTESA : 34

704 107 36
                                    

✨✨✨✨✨

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

✨✨✨✨✨


Malam nan suram tanpa bintang, kilat saling menyambar pertanda akan turun hujan sebentar lagi. Kediaman Yogantara tengah ramai dikunjungi pihak yang telah menyetujui kerja sama. Akram sudah mengetahui dari Hartsa bahwa barang bukti paling kuat ada di tangan Helsy. Bukan cuma Helsy, Faldo, Andrik, Zaana, dan Delvi juga ada di sana. Gimana ya, urusan makan wenak gratis itu rugi kalau ditolak.

Di tengah kesibukan mereka sebagai pelajar yang berada di ujung tanduk, mereka masih ikut andil dalam sebuah kasus tergolong berat. Nyawa taruhannya, akan sangat tidak lucu jika satu saja di antara mereka mati dibunuh dan mereka lepas tangan tak ingin membantu sama sekali. Faldo dan Andrik menemukan beberapa fakta tentang kejadian tiga belas tahun lalu. Faldo yang notabenenya gamer sejati diam-diam juga belajar programmer. Dia kerja sama dengan Andrik untuk membobol sistem internet hingga menemukan sebuah darkweb yang isinya memberi petunjuk.

"Loh, ini darkweb yang pernah saya liat." Nick ikut andil dalam konferensi, dia mengamati layar yang diperlihatkan Faldo.

"Liat di mana, bule?" tanya Hartsa—tapi selalu bikin orang kesal. Dia tidak pernah memanggil Nick kakak sekali pun Fierra memberi pukulan pedas di punggungnya. Katanya biar makin akrab dan untungnya Nick tidak keberatan.

"Waktu melacak nomor itu. Ah ya!" Nick mengeluarkan ponselnya. "Anak ini, dia yang buka web itu. Saya kira isinya tentang pembunuhan karena gambar berandanya pistol berdarah."

Bukan cuma Hartsa yang kaget, teman-temannya juga terutama Helsy. Jelas itu Lean. Andrik menyerahkan print out isi web tersebut. Tidak ada unsur pembunuhan, terlebih seperti pengakuan si empunya tentang si penjahat dan juga Polisi Darma yang kematiannya dipalsukan.

"Dari informasi dia teman dekat ayah saya dulu." Tangan Andrik sempat terkepal, tetapi Delvi menghangatkannya dengan menggenggam tangan cowok itu. "Dia juga diancam karena dari pihak kepolisian cuma dia yang tahu kejadian sebenarnya. Mungkin Om Akram pernah cerita?"

"Ah, saya inget. Tapi waktu itu pangkatnya masih di bawah Darma, apalagi saya gak punya uang sedikit pun untuk membayar. Jadi kami gak bisa berbuat banyak."

"Beliau sudah meninggal, Om." Ucapan Faldo sukses membuat yang lain kaget kecuali Andrik dan ayahnya.

"Karena penyakit komplikasi, dan dia membuat darkweb itu sehari sebelum meninggal. Cukup rumit mengetahui data dari seorang anonim sebenarnya." Ayah Faldo menambahkan.

Seketika suasana jadi hening. Zaana dan Delvi ikut meringis membayangkan betapa kelamnya kejadian itu. Di pikiran Zaana pun masih kejar-kejaran tentang isi kaset lawas yang mereka putar kemarin. Benar-benar seperti mimpi buruk.

Akram sudah tahu ponsel di dalam sebuah kotak balok adalah ponsel yang digunakan menerror Hartsa tempo hari. Benar, Akram pun tidak bisa menyalahkan Lean sepenuhnya setelah tahu inti dari pembahasan Lean dengan papanya. Anak itu patuh, namun di sisi lain juga berusaha untuk memberontak sebab dia tahu hal tersebut tidak seharusnya ia lakukan.

ATTESA [Completed] Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt