ATTESA : 23

725 117 62
                                    

✨✨✨✨✨

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

✨✨✨✨✨

Ruang tari sore itu ramai oleh senior dance. Mereka tengah berlatih untuk pertunjukkan di luar sekolah. Bisa dibilang tim dance yang diketuai oleh Pega itu diundang untuk tampil pada sebuah acara. Ia dengan sabar mengajari anggotanya yang kesulitan dibantu oleh Delvi.

Selesai lima kali berlatih, mereka yang berjumlah sepuluh orang tersebut duduk menyebar untuk istirahat. Beberapa detik kemudian seseorang bersuara hingga membuat seisi ruangan heboh.

"Pega, katanya kemarin lo sama pacar lo jadi model, bener itu?"

Pega yang tengah mengeringkan keringat dengan kipas angin kecil hanya tersenyum lebar kemudian mengangguk.

"Go public aja, sih. Udah tiga tahun juga, kenapa Hartsa masih nutup-nutupin itu?"

"Haca bilang, kemesraan cukup buat kita berdua aja."

"Uuuuuu." Mereka yang mendengarnya jadi merasa gemas.

Jauh berbeda dengan sosok Delvi. Dari kejauhan ia mendengar semua omongan Pega sembari tertawa sumbang. Jadi bingung siapa yang harus disalahkan kalau sudah menyangkut perasaan begini. Ia menyaksikan tawa palsu dari Pega, gadis yang selama ini mengharapkan Hartsa setelah berteman bertahun-tahun. Apa karena tidak bisa bersama, Pega nekat melakukan hal yang sebenarnya memalukan seperti ini?

"Delvi!"

"Ya?"

"Lo gak mau ngasih selamat apa buat Pega?"

Nampak Pega tengah tersenyum malu-malu.

"Selamat buat?"

"Katanya besok dia anniv sama Hartsa."

Delvi hampir tertawa. Ia beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Pega. Gadis secantik ini, semultitalent ini, bahkan seramah dan sepintar seorang Nathania Pega saja diabaikan oleh Hartsa, bagaimana yang kentang?

"Mau sampai kapan lo bohong?" tanya Delvi datar.

Pega mengernyit. "Maksud lo?"

BRAK!

Belum sempat Delvi berujar, tiba-tiba pintu dibuka oleh Hartsa. Seisi ruangan kaget tentu saja. Mereka membeku, memperhatikan tatapan dingin dan wajah tanpa ekspresi itu. Ia berjalan mendekati Pega, sementara yang ditatap menunduk. Pega paham betul, kalau sudah begini maka Hartsa tengah marah padanya.

"Ikut gue."

"Gue?" Pega menunjuk dirinya sendiri.

"Hm."

Tibalah sekarang Hartsa dan Pega di parkiran motor SMA Laskar Bestari. Pega berdiri di belakang Hartsa dengan menautkan jemarinya gugup dan cowok itu enggan menatapnya.

"Ada apa lo bawa gue ke sini?"

"Gue tanya, lo jawab jujur."

"Kapan Pegasus bohongin Haca?"

ATTESA [Completed] Where stories live. Discover now