Trivia : Harta Tahta Hartsa (Hartsa)

765 96 53
                                    

Hadirnya seorang Hartsa Firgan Yogantara memang menjengkelkan bagi kaum seperbucinan

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Hadirnya seorang Hartsa Firgan Yogantara memang menjengkelkan bagi kaum seperbucinan. Mereka yang tengah asyik mojok di kantin harus terganggu gara-gara Hartsa dan Andrik. Faldo skip, waktu itu dia satu-satunya yang punya pacar.

"Huuuu sepiring berdua, gak modal."

"Eh, eh, mantap-mantap di kantin. Ga elit, huuuu."

Anti diperbudak cinta. Hartsa berdiri di garda terdepan. Andrik jadi bawahan karena statusnya sebagai sad boy, baru seminggu pacaran udah putus.

"GUE SUMPAHIN BUCIN JUGA LO SAMPAI KERAK NERAKA!" Faldo emosi.

Memang dari yang lain, dia dan pacarnya selalu jadi sasaran empuk kejahilan Hartsa dan Andrik. Entah gagal suap-suapan, es teh tak sengaja tersenggol, bahkan makanannya ludes tak bersisa gara-gara Hartsa.

Bukan jahat, Hartsa cuma gabut.

"Mang, keran air di sini ada, kan, ya?" tanya Hartsa pada mamang empek-empek dengan suara lantang. Sengaja.

"Ada, kenapa?"

"Cuci mulut abis makan harusnya pake air, sih."

"Oalah, ciuman, toh."

Hartsa mendesis. Gak ngerti lagi arti cinta sehidup semati zaman sekarang. Dia juga sebenarnya bingung, menggaruk tengkuk salah tingkah membayangkan bagaimana jika suatu hari nanti ia mencium seseorang yang jadi pacarnya atau bahkan pendamping hidupnya?

"Sa, balik ke kelas, yuk! Gue udah kenyang." Andrik berjalan lebih dulu.

"Giliran dibayarin aja gercep. GUE BELUM MAKAN, WOY!"

Tapi sayangnya Andrik gak denger.

Meski masih kelas 10, Hartsa tak segan-segan melanggar aturan dengan menggulung ujung lengan seragamnya, kadang tidak mengenakan dasi, atau sepatu dominan putih.

Gitu-gitu banyak yang naksir. Tiap hari ada aja mata genit menghampiri, diam-diam menempel notes berisi nomor telepon di loker Hartsa, bahkan ada yang terang-terangan seperti kakak kelas penganut senioritas. Tetap saja, harga diri mereka jatuh ambruk kala Hartsa mengatakan penolakan.

Hartsa punya trauma. Bertahun-tahun dihantui kejadian kelam masa lalu membuatnya sulit untuk menaruh percaya pada orang lain apalagi pengakuan cinta.

Terapi bagaimana pun hasilnya nihil. Dia memilih berhenti terapi karena orang tuanya terlalu banyak mengeluarkan uang. Walau kaya raya dia tetap tidak ingin merepotkan.

ATTESA [Completed] Donde viven las historias. Descúbrelo ahora