[END] ATTESA : 40

942 122 69
                                    

(Foto diambil sebelum Hartsa botakin rambut)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Foto diambil sebelum Hartsa botakin rambut)

✨✨✨✨✨

Tentang setiap pertemuan bertemu dengan perpisahan. Telah melewati hempasan ombak yang membuat si pencari jati diri acap kali ingin menyerah akan arus kehidupan. Pada dasarnya Tuhan menghadirkan seseorang ke dunia bukan untuk menjadi yang sempurna. Maka dari itu, sudah seharusnya manusia sadar bagaimana cara menghargai waktu untuk tidak menyalahgunakan hakikatnya sebagai manusia.

Rasanya amat cepat berlalu, hingga hari kembali bertempur pun tiba. Persyaratan terbaru untuk jurusan kedokteran umum mengharuskan Helsy melakukan serangkaian tes terlebih dahulu. Tes tertulis telah ia laksanakan beberapa minggu yang lalu dan hari ini adalah pengumuman apakah ia diterima di salah satu kampus ternama Jakarta tersebut.

Sembari menguatkan mental, Helsy masuk ke akun pendaftarannya, memilih bagian menu pengumuman akhir. Persaingan yang ketat memang acap kali membuatnya insecure apalagi sudah di nomor 50 namanya tidak tertera.

"Mah! Pah!" Helsy berteriak menghampiri kedua orang tuanya yang lagi santai di ruang keluarga.

"Iya, sayang? Udah malem kok, teriak-teriak?" Rita menyambut pelukan hangat dari Helsy.

"Coba tebak kenapa aku seneng?" tanya Helsy sembari berpelukan dengan Firman.

"Dilamar Hartsa?"

"Ih, Papah...."

Firman terkekeh. "Terus apa?"

"AKU LULUS KEDOKTERAN!"

"Huwa kaget!" Sovia yang tengah asyik memainkan ponsel tiba-tiba kejatuhan ponsel itu sendiri ke hidungnya.

"Pendaftaran lo gimana?" tanya Helsy pada Sovia.

"SMA Serdadu in my hand!" seru Sovia bangga.

Sebuah pencapaian luar biasa untuk Helsy. Walau namanya ada di urutan 55 dari 90 yang diterima, tetap saja patut diacungi jempol. Tak sia-sia selalu sedia kopi buat begadang mengenang belajar. The real the power of kepepet.

Esok harinya Helsy menemui Hartsa di YG Coffee. Kafe itu semakin ramai oleh pengunjung, ditambah lagi wahana hologram di lantai dua yang tak pernah sepi didatangi orang-orang. Hartsa hanya mengenakan kaus hitam serta celana training, kentara sekali terlihat dia habis lari sore.

"Sorry, keringetan."

Sebelum duduk, Helsy mengambil beberapa lembar tisu dan mengelapkan keringat pacarnya. "Tinggal berapa tes lagi?"

"Besok terakhir."

"Oh ya? Aku kira prosesnya bakal lebih lama."

"Memang ada perubahan jadwal. Makanya tes akhir dimajukan."

"Kamu pasti bakal lulus, kok. Semangat!"

Hartsa memperhatikan wajah gadisnya yang tengah bersemu merah. "Kenapa malu-malu gitu?"

ATTESA [Completed] Where stories live. Discover now