ALE #11

1.1K 57 13
                                    

-Jangan mudah terjebak
dengan rasa nyaman,
Ingat! Mungkin
kamu hanyalah pelampiasan-

•••••

Sudah seminggu lebih Ale dan Dista menjalani hubungan sepasang kekasih, meski Dista selalu memberontak ketika Ale memperlakukan Dista layaknya sepasang kekasih diluaran sana. Seperti saat ini, mereka tengah berjalan di koridor kelas bersamaan. Ale merangkul Dista dan Dista langsung melepaskan tangan Ale dari bahunya.

"Bisa nggak sih kalo jalan nggak usah rangkul-rangkul" ucap Dista kesal.

"Nggak bisa"

Dista terlihat sangat kesal, ia lalu langsung berjalan mendahului Ale, dan Ale pun langsung mengejar Dista.

Tepat didepan kelas Dista, Ale langsung menghadang Dista.

"Minggir! Gue mau masuk!"

"Tunggu dulu dong" cegah Ale.

"Mau apa sih lo?" Tanya Dista kesal.

"Kasih semangat dulu dong ke gue"

"Ha??" Dista mengerutkan keningnya.

"Kasih semangat ke gue, belajar yang rajin ya sayang, gitu coba"

"Males banget!"

"Ini tuh namanya pemanasan Dis, biar entar kebiasaan"

Dista hanya memutar bola matanya.

"Minggir!"

Ale menggelengkan kepalanya.

"Kenapa sih lo selalu nggak mau gue perlakuin manis?"

Dista hanya diam.

"Lo nggak suka sama gue?"

"Kalo lo nggak suka sama gue, gimana caranya biar lo suka sama gue?"

Dista masih saja diam.

"Gue nggak pernah seserius ini sama cewek, dan lo satu-satunya cewek yang gue pilih dari sekian cewek yang berusaha deketin gue"

"Gue nggak pernah sekalipun deketin lo" ucap Dista.

"Iya gue tau, karna itu gue pilih lo, lo itu beda"

Dista diam, ia menunggu apa yang akan diucapkan Ale selanjutnya.

"Gue serius sama lo"

Dista memutar bola matanya. Serius? Kemarin pulang sekolah aja Dista melihat Ale membonceng cewek lain, itu yang namanya serius?

"Lo nggak mau pacaran ya sama gue?"

Dista diam.

"Kalo lo nggak mau pacaran, nikah aja yuk?"

Dista membulatkan matanya "apaan sih lo, gajelas baget! Minggir!" Dista langsung nyelonong masuk.

Ale hanya terkekeh. Ia menoleh ke dalam kelas Dista, Dista menatapnya kesal. Ale kembali terkekeh lalu berjalan menuju kelasnya.

•••••

Cici menyenderkan tubuhnya di tembok toilet untuk menunggu Dista yang sedari tadi belum keluar-keluar.

"Diiiis, cepetan dong"

Dista membuka pintu toilet, namun ia malah berdiri di ambang pintu.

"Ci"

"Kenapa?" Tanya Cici.

"Gue dateng bulan" jawab Dista lirih.

ALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang