Ramayuda Aryasatya

28.7K 2.3K 33
                                    

Malam beranjak matang. Musik berdentum kian lantang memecah malam.

Ingar-bingar memenuhi salah satu kelab malam di pusat kota. Menenggelamkan manusia-manusia yang melupakan sejenak fananya dunia. Membiarkan diri mereka dipeluk kesenangan dunia. Demi bisa melupakan masalah-masalah yang menghimpit dada.

Tawa-tawa mulai berderai. Gelas-gelas teracung tinggi. Saling beradu. Malam ini indah versi mereka. Teramat indah.

Di antara gemerlap, dia memilih menyingkir. Dunia di belakangnya terasa sesak dan palsu. Yang dia butuhkan sebenarnya hanya sepi, dan langit.

Dia ingin mengadu ke langit yang malam ini begitu cerah dengan bulan dan bintang. Membagi sedikit beban pada angin yang berembus dingin. Membuang sesak yang menjejal pikiran juga hati.

Hari ini, dia ada di sini. Di titik ini. Sebuah pencapaian yang tak pernah dia impikan. Sesuatu yang tidak pernah menjadi mimpinya beberapa tahun yang lalu.

Sekarang, dia dikenal banyak orang. Wajahnya muncul di banyak tempat. Setiap hari wajahnya menghias layar televisi. Lebih sering disapa dan dikejar. Dipuji-puji entah untuk fisik atau kemampuannya.

Hingga tidak tersisa banyak ruang untuknya bisa bepergian bebas tanpa dikejar penggemar.

Namun, apakah ini yang dia inginkan? Apakah ini yang mati-matian dia perjuangkan?

Sayangnya, bukan.

Hari ini, setelah ratusan hari terlewat begitu saja, dia pikir kesempatan untuknya telah datang.

Namun, lagi-lagi, dia salah.

Hari ini justru adalah titik di mana jarak kian membentang luas. Kali ini dia tidak tahu apakah bisa menyusul atau lebih baik memilih menyerah.

Karena dia hanyalah manusia biasa. Yang kadang, takut jatuh untuk yang ke sekian kali. Takut patah dan kehilangan.

Kehilangan? Hati kecilnya tertawa mengejek.

Memangnya dia punya apa selain gemerlap tempatnya berdiri sekarang?

Kamu tidak punya apa-apa, Rama.

***


Rabu/20.05.2020

AFTERTASTE ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora