Chapter 13

12.6K 2K 98
                                    

Kejutan update! 😆

Semoga sukak ♥

———————————

Alarm di meja nakas menjerit kencang. Sheila yang baru tertidur pukul satu dini hari, menggeliat sebal. Alih-alih segera bangun, dia hanya membalik posisi dan menutup kepalanya dengan bantal. Dia menolak ingat tentang dia harus bangun pagi-pagi buta. Dia ingin sekali mengutuk Baim—terutama Rama—yang mengatakan jika melihat matahari terbit menjadi tema di hari keenam. Ya Tuhan, apa lelaki itu tidak tahu jika Sheila punya masalah dengan jam tidur?

Jeritan alarm kedua. Sheila menendang selimut dengan kesal seraya mengumpat dan mengacak-ngacak rambut panjangnya. Ponselnya juga ikut menjerit, Baim meneleponnya. Sepertinya khawatir kalau Sheila belum bangun.

Mematikan alarm kemudian meraih ponsel dengan malas. Langsung menjawab, "Iya, gue udah bangun."

"Gue udah jalan ke apartemen lo."

Bertanya bodoh. "Jalan kaki?"

"Cel, plis."

"Hm. Oke, gue siap-siap." Sheila melempar ponsel sembarangan dan menyeret tubuhnya dari kasur. Sekuat tenaga memberi motivasi pada diri sendiri bahwa ini segera berakhir. Ya, hanya perlu dua hari lagi dia akan terbebas dari apa pun yang berhubungan dengan Rama. Setelah ini, Sheila berjanji tidak akan bertemu Rama lagi, kecuali ketidaksengajaan.

Sheila selesai bersiap ketika bel berbunyi. Dia meninggalkan post-it-note di pintu kulkas dan menjepit selembar uang untuk Dipa membeli sarapan. Terburu-buru. Bahkan belum sempat memakai bedak, dia bisa memakainya di mobil nanti.

"Rama udah nunggu katanya."

Mereka melangkah tergesa. Beruntung lift masih sepi. Iya, sepi. Pukul setengah empat. Orang-orang masih bergelung nyaman di balik selimut alih-alih berkeliaran mencari sarapan, apalagi bekerja seperti dirinya.

Sheila menyisir rambutnya dengan jemari sambil mengaca di dinding. "Bodo amat. Siapa suruh aneh-aneh lihat sunrise segala. Nggak sekalian dia ngajak kita daki gunung, hah?"

"Lo terlihat manusiawi kalau ngedumel gini." Baim menguap. "Kelihatan sisi femininnya."

"Gue lebih terlihat kayak zombi saat ini."

"Tidur jam berapa tadi?"

"Jam satu."

"Nggak apa-apa, demi mantan."

"Apa lo bilang?!"

"Demi konten."

***

Sheila tidak tahu ini di mana, tapi sekilas dia ingat penjelasan Baim semalam sebelum dirinya turun dari mobil. Ada sebuah menara di kompleks apartemen Rama, yang sepertinya belum digunakan sejak awal. Akhirnya menara itu dimanfaatkan oleh pecinta langit untuk lari dari bisingnya dunia—oke, kalimat Sheila memang agak berlebihan. Ya intinya begitu, tempat ini enak untuk menyendiri.

Rama sudah menunggu di pos satpam. Terlihat sudah segar, tidak ada bekas wajah bantal. Ganteng seperti ketika melihatnya di siang hari. Sheila menepuk dahinya sendiri, bisa-bisanya berpikir melantur.

"Sori, bikin kalian repot." Seraya berjalan menuju menara yang dimaksud.

"Seru kok, gue jadi bisa bangun sepagi ini." Baim yang berjalan di belakang, menjawab lebih dulu. "Lo juga berhasil bangunin zombi."

Rama menoleh sesaat. Dijawab Baim dengan dagu yang mengarah pada Sheila. Maka tatapan Rama beralih ke perempuan di sebelahnya yang belum bersuara sejak tiba di sini. "Yas?"

AFTERTASTE ✔Where stories live. Discover now