10

460 90 12
                                    

Membalas satu kebaikan dengan perhatian kecil, itu yang Jisu katakan pada dirinya sendiri ketika gadis bersurai lurus itu mengarahkan langkahnya ke gedung Departemen Musik Terapan, tepatnya di depan ruang latihan ia berdiri kini. Sebuah kantong plastik berisi makanan kecil yang sengaja ia beli untuk seseorang.

Awalnya Jisu tak merencanakan hal itu, tetapi tak sengaja berpapasan dengan Sehun dan Heyul saat hendak pulang tadi justru memberinya informasi tentang Do Kyungsoo yang kini tengah bekerja keras, menyelesaikan tugas komposisinya dan berlatih violin.

Jisu ingat pertama kali dirinya menaruh rasa penasaran terhadap sosok kakak kelasnya yang satu ini, menyelinap masuk ke ruang latihan tanpa sepengetahuan Kyungsoo. Waktu itu Kyungsoo terlihat tengah sibuk dengan tugas komposisinya sebelum Jisu sendiri tanpa sengaja mengacaukan hal itu.

Mungkin gadis itu tidak akan merasa bersalah pada awalnya, lebih memikirkan keselamatan dirinya sendiri daripada mood buruk yang Kyungsoo dapati. Akan tetapi hal tersebut seolah terdengar lain bagi Jisu sekarang, menarik perhatian gadis itu untuk sekadar memberi semangat.

"Kurasa ini cukup untuk mengganjal perut," lirih gadis itu, memeriksa kembali isi kantong plastik di tangannya. Jisu tak yakin dengan selera Kyungsoo, tetapi ia memutuskan untuk membeli sandwich dengan isian irisan stroberi segar dan krim manis, satu botol air mineral, dan satu bungkus Calbee Prawn Crackers kesukaannya. Gadis itu tersenyum, menggantungkan kantong plastik tadi pada gagang pintu ruang latihan, mengetuk keras beberapa kali sebelum ia sendiri berlari ke arah tangga darurat, bersembunyi di balik pintu untuk mengamati.

"Syukurlah." Jisu menghela napas panjang, mendapati Kyungsoo keluar dari ruang latihan dan mengambil kantong plastik tadi. Ekspresi bingung pemuda itu terlihat lucu bagi Jisu. Namun, senyum kecil yang pemuda itu sisipkan pada ujung bibir setelah membaca pesan kecil darinya terlihat begitu manis, pun Jisu yang tak kuasa menggigit ujung lengan jaket yang ia kenakan untuk meredam histeris. Nyatanya Do Kyungsoo terlihat begitu hangat dan lembut menurutnya.

"Tidak, tidak, aku tidak sedang mengaguminya," paniknya dalam gumam, memilih untuk menuruni anak tangga dan meninggalkan gedung ini secepat mungkin. Tak peduli jika ia akan merasakan sakit lutut karena menuruni tangga dari lantai lima.

***

Menambahkan satu baris outro sebagai penutup, Kyungsoo akhirnya mampu menghela napasnya sedikit lega. Meski tak yakin dengan tambahan melodi tersebut pada awalnya, tetapi pemuda itu tak pernah takut untuk mencoba hal baru. Jika biasanya ia akan mengambil atau mengulangi satu bagian lagu sebagai outro dengan mengurangi tempo maupun menurunkan kunci nada. Kali ini Kyungsoo memasukkan hal yang berbeda, menambahkan satu baris outro dengan kompisisi yang jauh berbeda, pun dengan tempo yang lebih rapat dan nada naik.

Ia tidak yakin jika Guru Kang akan menyukainya kali ini. "Mari kita lihat seberapa menyebalkannya kau terdengar," celotehnya, sudut bibir terangkat sedikit, menyeringai ke arah bait terakhir komposisi musik yang baru saja ia selesaikan. Seolah rangkaian nada penutup itu adalah makhluk hidup.

Berjalan ke seberang meja kayu yang ia gunakan untuk mencoret-coret tadi, top student Departemen Musik Terapan ini bermaksud mengambil violin kesayangannya. Ingin menjajal bagaimana outro yang ia tambahkan tadi bertingkah jika ia memainkan rentetan not balok tersebut dengan violin. Akankah ia terdengar seperti murid nakal yang mengesalkan di mata para guru, atau mungkin akan terdengar seperti bad boy yang mematahkan hati para murid perempuan tetapi tetap terlihat charming dari segala arah?

Huh, berlebihan sekali ia pikir. Langkahnya pun nampak tak sabar, ingin segera menyuarakan rangkaian nada tersebut. Namun, belum genap jangkahnya mencapai ke seberang ruangan, suara ketukan pintu mencuri perhatiannya. Membuyarkan mood pemuda beralis tebal itu seketika.

Days of SunshineWhere stories live. Discover now