22

330 80 13
                                    

"Yah, Do Kyungsoo, lepaskan! Aku bisa kehabisan napas."

Bruk!

Tersentak, suara buku terjatuh dari genggaman menyadarkan gadis itu. Bergegas Jisu memungutnya, bergerak gegabah untuk bersembunyi. Rasanya ia tidak ingin memercayai apa yang baru saja ia lihat maupun dengar, tetapi mendapati Jieun dan Kyungsoo berpelukan di hadapannya sungguh menyesakkan.

Mengapa Jieun tega melakukan hal itu? pikir Jisu seribu kali. Jika saja sang kakak mengatakan ia hanya menganggap Kyungsoo tidak lebih dari seorang adik. Lalu mengapa mereka terlihat begitu gembira? Bahkan kikihan kecil keduanya terus terngiang di kepala Jisu. Dan tawa itu? Terlalu bahagia untuk Jieun ekspresikan jika saja keduanya hanya berkawan baik.

Jisu menghirup napas dalam, mencoba meraup oksigen sebanyak mungkin. Meremas buku yang ada di tangannya, gadis itu mencoba menghilangkan cekat di dada. Menyeret kedua kakinya kembali menuju pintu lift. Rasanya ia tidak sanggup jika harus berlama-lama berada di lantai ini.

Ding!

Pintu lift akhirnya terbuka. Tak fokus arah pandang gadis itu, ia pun bergegas menerobos masuk. Tetapi, seseorang menghentikannya dan menarik Jisu keluar bersamanya.

"Kau melupakan ini!" tegur Yeji, menyodorkan dokumen laporan yang ia bawa dari Miss Hyo. Gadis itu terpaksa menyusulkannya ke lantai enam untuk ia berikan kepada kepala sekolah karena Jisu melupakan itu dan hanya mengambil beberapa buah buku saja. "Oh, kau belum mengantarkannya ke ruangan kepala sekolah?" tanya Yeji mendapati tangan penuh sang sahabat.

"Ha?" Jisu tersadar, memfokuskan pandangannya ke wajah menekuk Yeji. Satu dokumen di tangan gadis itu membuatnya teringat tugas dari Miss Hyo. "Ma-maafkan aku, Yeji-ya," ujarnya sedikit gugup.

Yeji menekuk hidung, mengamati wajah Jisu yang terlihat sedikit pucat, dan beberapa keringat berbaris di dahi gadis itu. Suaranya terdengar aneh, cukup membuat sahabatnya itu cemas. "Kau sakit?" Menyentuh dahi Jisu, Yeji mendapatinya baik-baik saja.

"Aku tidak apa-apa, hanya terlalu gugup memikirkan ujian pelajaran Sejarah setelah ini," kilahnya.

Yeji menghela napas, semakin terlipat wajah gadis itu. "Ada apa denganmu?" tanyanya lagi terdengar semakin khawatir. "Ujian hari ini sudah selesai, dan tes pelajaran Sejarah dijadwalkan besok."

Jisu tertawa canggung. "Maaf, aku tidak mengingat semua jadwal."

"Kita bisa belajar bersama di perpustakaan setelah ini jika kau mau?" tawar Yeji.

Jisu justru menggeleng, merasa konyol dengan sikap gugupnya saat ini. "A-aku ingin berlatih dance routine saja," balasnya.

"Oh, oke!" Yeji mengangguk menyetujui.

Jisu terdiam setelah itu, ingin segera meninggalkan lantai ini, tetapi Yeji justru menahannya. "Yeji-ya, aku lupa Miss Hyo juga menyuruhku membantunya di kantor. Tolong antarkan buku dan dokumennya ke ruang kepala sekolah." Menyodorkan buku yang ia bawa tadi ke tangan Yeji, Jisu langsung berlari kembali ke depan pintu lift.

Yeji terkesiap, heran mengapa Jisu terlihat aneh sekali. Pasrah, ia pun meneruskan tugas yang dilimpahkan padanya. Menuju ke ruang kepala sekolah untuk mengantarkan beberapa dokumen. Di tengah perjalanan, gadis itu kembali berhenti untuk menyapa dua orang. "Kak Kyungsoo dan Kak Jieun, kenapa bisa bersama-sama di tempat ini?" cengirnya.

"Aku kebetulan berada di ruangan Kak ... hmm, maksudku Tuan Do saat Jieun mengantarkan pesanan. Dan sekarang aku menemaninya untuk turun ke bawah. Yeji sendiri?" jelas Kyungsoo, menggaruk leher karena hampir saja ia melupakan formalitas dan menyebut nama Minho dengan santai.

Days of SunshineUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum