14

392 81 3
                                    

Jieun menghela napas panjang, terus bertanya kepada dirinya sendiri tentang kesalahan apa yang sebenarnya ia lakukan. Sejak perjalanan pulang dari restoran hingga ke rumah Jisu terus bersikap tak acuh. Terkunci bibirnya rapat, pun tatapan matanya kembali dingin. Padahal baru saja kemarin malam Jieun memiliki sedikit harapan, Jisu bersikap lebih hangat padanya di pagi hari hingga menjelang siang. Namun, setelah keduanya tanpa sengaja bertemu di sekolah, sikap sang adik kembali seperti semula.

Mungkin Jisu takut atau merasa malu jika teman-teman sekolahnya tahu bahwa keduanya kakak beradik. Akan tetapi menilai sikap Kyungsoo dan yang lain, gadis itu tak merasa mereka akan mempermasalahkan hal itu. Buktinya mereka begitu bersahabat dan menerima kehadiran Jieun tanpa menilai statusnya. Lalu, mengapa Jisu terlihat sangat marah?

Gebrakan pintu memenuhi tiap sudut apartemen kecil mereka. Begitu sampai di rumah Jisu langsung berlari ke kamar dan menutup pintu. Berusaha mengejar, nyatanya Jieun kalah cepat dari si adik.

"Jisu-ya, kenapa kau semakin marah seperti ini? Katakan pada Kakak alasannya!" teriak Jieun di depan pintu kamar sang adik. Ingin menyelesaikan masalah sesegera mungkin. Ia tidak akan merasa tenang jika belum mengetahui alasan sebenarnya.

"Kau mengingkari janjimu, Jieun. Kau bilang kau tidak akan berlama-lama di sekolah!" teriak Jisu dari dalam kamar.

Jieun menghela napas frustasi. Hanya karena hal sekecil ini Jisu semakin memusuhinya. "Sudah kubilang aku tidak sengaja bertemu dengan Kyungsoo. Apa hanya karena aku bergabung dengan kalian membuatmu bersikap egois seperti ini?"

Jieun tersentak, pintu kamar terbuka tiba-tiba, pun wajah marah Jisu yang kembali menyambutnya. Tidak hanya tajam, rasa kecewa mendominasi binar mata itu, membuatnya merasakan denyut perih. Tatapan yang sama seperti dua tahun yang lalu.

"Cukup sekali, Jieun. Cukup sekali kau mengambil sesuatu yang begitu berharga dariku. Kenapa kau harus mengulanginya lagi!"

Lagi?

Deg!

Jieun mencerna baik-baik tuduhan sang adik. Intonasi yang terdengar perih, pun manik mata yang tak kuasa membasah membuatnya berpikir keras.

"Karena dia, aku mulai berpikir untuk membuka hati dan bersikap lebih hangat. Tetapi hari ini kau memberiku alasan lain untuk kembali membencimu. Kenapa kalian harus terlihat begitu dekat?" decih Jisu perih.

Jieun membeliak, bergetar kedua belah bibirnya. "Apa ini tentang Kyungsoo? Kau menyukainya?"

"Memangnya kenapa jika iya?" timpal Jisu ingin menangis.

Jieun menggeleng pelan, meraih kedua sisi lengan sang adik. Menatapnya lembut untuk menjelaskan. "Seharusnya kau tidak marah karena kami hanya berteman, dan aku menganggapnya tidak lebih dari seorang adik. Kyungsoo, dia begitu keras kepala ketika kami pertama kali bertemu, entah mengapa aku melihat dirimu pada dirinya. Nyatanya di balik sikapnya yang dingin ia memiliki hati yang baik."

Ingin tak memercayai penjelasan itu, tetapi tatapan hangat Jieun serta usapan lembut di kedua sisi lengannya membuat Jisu luluh. Ia tahu selama ini Jieun terus menghadapi sikap keras kepalanya dengan penuh kesabaran.

"Maafkan aku." Pandangannya melembut, menundukkan wajah malu. Terlalu dikuasai rasa cemburu membuat gadis itu salah tingkah. "Ini pertama kalinya aku menyukai seseorang, aku tidak tahu bagaimana caranya menjelaskan sikapku," lirihnya lagi.

Jieun tersenyum, meraih Jisu ke dalam pelukannya. "Kau bisa menceritakannya pada Kakak," ucapnya menyemangati.

Adakalanya Lee Jisu merasa sangat bersalah, tentang sifat keras kepalanya yang merumus pada kebencian tak beralasan. Meski sampai sekarang ia belum sepenuhnya memaafkan dan menerima Jieun, tetapi di relung hatinya yang terdalam ia memiliki keinginan itu, untuk membuka hati dan mengembalikan hubungan keduanya seperti sediakala. Layaknya kakak dan adik.

Days of SunshineDonde viven las historias. Descúbrelo ahora