23

328 76 4
                                    

Begitu sengal napasnya terhela, wajah tertunduk, dan langkah kaki terseret nan malas. Pemuda itu meyakini dirinya tidak sedang patah hati, hanya sedikit merasa kecewa entah pada dirinya sendiri atau siapa pun itu. Menghempas pandangan ke depan, tak berhasrat untuk segera pulang ke rumah dan mengadu pada sang kakak, ia pun memutuskan untuk memperpanjang durasi langkah, terus berjalan entah ke arah mana pun ia tak peduli.

Berhenti di sebuah taman kecil, cukup dekat dengan kawasan pertokoan yang ia tinggalkan tadi, Kyungsoo memutuskan untuk berhenti barang sejenak. Sebuah meja semen berbentuk bundar dengan dua buah kursi kecil di kedua sisinya pun ia temui. Meletakkan dua lusin minuman yogurt yang ia tenteng sedari tadi. Entah mengapa ia memutuskan untuk membeli itu, Kyungsoo sendiri tak pernah tahu.

Pukul sepuluh malam, taman terlihat sepi mengingat pukul sebelas biasanya tempat umum seperti ini akan ditutup. Kyungsoo menghela napasnya berat, bersyukur ia masih memiliki waktu satu jam untuk bergundah. Menyungkurkan kepala ke atas meja taman, pemuda itu kembali berpikir mengapa Lee Jieun menolaknya.

Mungkin karena ia terlalu kekanak-kanakan, begitu santai dalam mengungkapkan perasaan, membuat Jieun menyepelekan hal itu. Well, ini pertama kalinya Kyungsoo memiliki rasa suka terhadap seseorang, itu sebabnya ia tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya selain berujar apa adanya dan sesuai isi hati.

Sempat ia bepikir tentang bagaimana menyusun kalimat romantis atau memilih momen yang tepat. Namun, ia sendiri bukan tipe-tipe pemuda romantis seperti di drama televisi. Bagi Kyungsoo mengutarakan isi hati tak perlu dibentuk, menguntai kata agar terdengar indah bak pujangga akan terasa percuma menurutnya. Jika jantung hati telah mendetakkan kata suka, bukahkah itu lebih dari cukup?

"Kau benar-benar bodoh, Kyungsoo!" tukasnya mengejek diri sendiri. Mengusak rambutnya asal, ia pun kembali mengangkat tubuhnya dari atas meja, meluruskan punggung dan menatap ke depan. Kerlip lampu gedung dari kawasan hunian seberang menyambut pandangannya, pun hijau lapangan rumput di bawah temaram lampu. Cukup indah pemandangan dari taman kecil ini menurutnya, tetapi sayang tak cukup untuk mengobati suasana hatinya yang sedang buruk.

Mengambil satu botol minuman yogurt dari hadapannya, Kyungsoo memutuskan untuk meminumnya satu per satu hingga habis. Meski umurnya sudah mencapai delapan belas tahun, Kyungsoo masih belum berani mencicipi soju, bir, atau minuman apa saja yang mengandung alkohol. Meski Minho pernah menertawakan dan menawarinya untuk mencoba, tetap saja ia tidak tertarik. Terlebih mabuk minuman yogurt stroberi terdengar lebih bijak.

Botol demi botol ia teguk, sekali dua kali melempar botol kosongnya ke lantai taman. Tanda peringatan membuang sampah pada tempatnya seolah terabaikan oleh pemuda itu. Biarkan saja, toh tak ada yang akan menegur malam-malam begini.

Tek!

Tek!

Tek!

Suara benturan botol terdengar bersahutan beberapa kali. Kyungsoo tak mengambil pikir, pastinya botol-botol tersebut bersinggungan dengan tepian pot semen di taman ini. Hingga desah sebal terdengar barulah pemuda itu menyadari jika seseorang tengah memasuki taman.

"Yah, memangnya kau tidak tahu caranya membuang sampah!"

Teguran itu terdengar familier. Kyungsoo menatap ke arah sumbernya untuk mencari tahu. "Lee Jieun?" tanyanya lirih, ragu jika saja gadis itu mengikutinya hingga ke taman ini. Toh dia sedang bekerja. "Siapa?" pilihnya berteriak.

"Harusnya kau membuangnya di tempat sam-" Seseorang muncul dari balik remang, berjalan ke arah Kyungsoo, dan kalimatnya terpotong seketika.

"Kak Kyungsoo?"

Days of SunshineOù les histoires vivent. Découvrez maintenant