25

330 71 7
                                    

Jieun menghirup napas dalam, tersenyum memulai hari. Semangat menenuhi tiap gerakannya, melakukan pekerjaan dengan hati riang. Terus bersyukur gadis itu menjalani keseharian, berterima kasih karena kini hubungannya dengan sang adik semakin membaik.

Tidak hanya sikap, pun Jisu menjadi lebih terbuka dan menerima. Tak lagi merasa malu akan status dah hubungannya dengan Jieun sebagai kakak adik. Ia bahkan tidak segan untuk bercerita kepada Yeji. Awalnya sang sahabat cukup kaget, menyayangkan sikap Jisu yang tak sepenuhnya terbuka padanya. Namun, sebagai sahabat yang baik ia tidak marah, tetap berteman dengan gadis itu tanpa membedakan.

Kesibukan keduanya berlatih mempersiapkan audisi, membuat Jieun merasa memiliki dua adik perempuan. Yeji kerap singgah dan menghabiskan waktunya bersama Jisu di apartemen mereka.

Berbicara soal audisi, tentu saja seseorang yang menyelenggarakan itu tidak luput dari perhatian Jieun. Do Kyungsoo, semenjak Jieun menolak perasaan pemuda itu mereka semakin jarang bertemu. Kyungsoo tak lagi datang berkunjung tiap malam di tempatnya bekerja, pun tak lagi menggunakan sisa kupon ayam goreng yang masih ia miliki.

Jieun memahami itu, canggung berakhir mewarnai hubungan keduanya. Namun, mereka tetap menjaga pertemanan. Jieun tetap mengiriminya pesan sekadar menanyakan kabar. Kyungsoo pun membalasnya, terkadang bertukar percakapan kecil. Tetapi hanya sebatas itu, toh ia sibuk dengan persiapan audisi dan akan lebih sibuk lagi nantinya. Mempersiapkan pertunjukan musim panas dan lebih fokus belajar untuk kelulusan.

Jam makan siang pun terlewati. Jieun menghela napas sedikit lega. Satu dua pengunjung tetap datang, tetapi tak seramai jam sibuk. Mengelap beberapa meja di lantai satu, ia dikejuktan oleh dua suara familier. Gadis itu tersenyum lebar, mempersilakan keduanya untuk duduk.

"Ah, akhirnya aku memiliki kesempatan untuk mampir," celetuk Heyul begitu keduanya mengambil duduk. Mengedarkan pandangan barang sejenak, gadis itu kembali memfokuskan perhatiannya kepada Jieun. "Bagaimana kabarmu, Kak? Rasanya sudah lama sekali kita tidak bertemu."

Jieun tersenyum, memberikan dua buku menu kepada Sehun dan Heyul untuk memilih. "Aku baik-baik saja, seperti biasa sibuk bekerja. Bagaimana liburan musim panas kalian?" tanyanya balik.

"Tidak ada liburan untuk saat ini," keluh Heyul. "Mungkin nanti setelah membantu Kyungsoo dengan audisinya."

"Ah, sudah kuduga kalian pasti ikut sibuk. Aku mendengarnya dari Jisu. Oh ya, kalian mau pesan apa?"

Heyul berpikir sejenak, meminta pendapat Sehun untuk memilih. Memberitahukannya kepada Jieun kemudian. Mencatat pesanan keduanya, Jieun kembali ke meja kasir dan meneruskan tugasnya setelah itu. Sementara Heyul dan Sehun menunggu pesanan mereka.

"Kenapa kau diam saja dan tidak mengatakan apa-apa?" Menyenggol lengan Sehun, Heyul mendulang protes kepada sahabatnya itu. Selama ia berinteraksi dengan Jieun, Sehun hanya terdiam dan tidak mengatakan apa-apa.

"Aku sedang memikirkan sesuatu." Sehun menoleh ke arah Heyul, tersenyum lebar mendapatkan ide. "Heyul-ah, menurutmu apakah Kyungsoo akan marah jika kita memesan lunch box di tempat ini untuk konsumsi saat audisi nanti? Bukankah Kyungsoo meminta kita untuk mengaturnya."

Tak berpikir panjang, Heyul mengangguk menyetujui. "Ide bagus, Sehun. Tidak hanya membantu Kyungsoo, kita juga membantu Kak Jieun," cicitnya girang.

Setelah menyelesaikan makanan yang mereka pesan, Sehun pun melakukan pembayaran di kasir. Kebetulan sekali Jieun-lah yang melayaninya. Mengeluarkan kupon yang ia dapat dari Kyungsoo, pemuda tinggi itu sempat ragu untuk menggunakannya. Tak memungkiri mulutnya yang keceplosan tentang Kyungsoo yang tak membutuhkannya lagi, dan berujung memberikannya kepada Sehun dan Heyul.

Days of SunshineTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon