18

330 71 4
                                    

Jieun menarik napas dalam, berdiri cukup lama di depan pintu apartemennya sendiri. Satu kantong plastik berisi satu lusin minuman yogurt rasa stroberi menggantung di tangan kirinya. Entah mengapa Kyungsoo memutuskan untuk membeli sebanyak itu hanya karena Jieun menjadi pendengar yang baik hari ini, tetapi gadis itu cukup berterima kasih. Membawanya pulang seperti biasa untuk ia berikan kepada sang adik.

Menghela napas perlahan, meraih gagang pintu, dan mendorongnya terbuka. Jieun memasuki tempat singgah kecil itu dengan satu dua kali pertanyaan yang melintas di benaknya. Selama ini ia melakukan hampir semua hal untuk Jisu dengan pemikiran bahwa sang adik akan menerimanya jika ia terus berusaha melakukan yang terbaik. Namun kenyataannya, ia melupakan bahwa bisa saja Jisu membenci sikapnya itu.

Mendengarkan Kyungsoo hari ini membuatnya menyadari sesuatu, nyatanya setiap orang memiliki reaksi yang berbeda dalam menghadapi setiap masalah, begitu pun Kyungsoo dan Jisu. Jieun seolah menempati posisinya sebagai kakak dan ibu tiri Kyungsoo, sementara sikap pemuda itu sendiri tak jauh berbeda dengan Jisu. Bagaimana keduanya berkawan dengan tak acuh, mengumbar kebencian, dan terus menghindar.

Mungkin ia tidak banyak membantu dengan permasalahan Kyungsoo, tetapi mendapati pemuda itu terbuka padanya dan mau menceritakan apa yang ada di pikirannya cukup membuat gadis itu kagum. Terkadang memiliki seorang pendengar yang baik adalah hal paling dibutuhkan oleh seseorang. Jieun hanya berusaha untuk menjadi dirinya sendiri tanpa menghakimi. Ia tak yakin Kyungsoo akan mempertimbangkan masukannya. Namun, tetap berharap pemuda itu untuk setidaknya mencoba dan menemukan jawabannya sendiri.

"Semoga semuanya baik-baik saja," lirih Jieun, membawa langkahnya menuju dapur untuk menyimpan minuman yang ia bawa tadi ke dalam kulkas. Tidak hanya untuk Kyungsoo dan keluarganya ia berharap, pun untuk dirinya sendiri dan sang adik.

"Kakak sudah pulang?"

Suara Jisu cukup mengagetkan Jieun, hampir saja kepala gadis itu bertemu pintu lemari pendingin saat ia menoleh. "Hmm, Kakak membawa banyak minuman yogurt stroberi, kau bisa meminumnya besok sebelum berangkat ke sekolah." Menutup pintu kulkas, Jieun mengamati wajah mengantuk Jisu untuk sesaat.

Sang adik pun mengangguk, menuju ke dapur untuk mengambil segelas air putih. "Terima kasih, Kak. Aku akan kembali tidur, cepatlah beristirahat," balas Jisu setelah menghabiskan air minum di gelasnya. Melangkah meninggalkan dapur, gadis itu tak lupa mengucapkan selamat tidur kepada Jieun.

Jieun tersenyum kecil saat membalas ucapan selamat tidur dari sang adik. Ingin rasanya ia mengatakan lebih, tetapi ia tidak tahu apa yang harus ia ungkapkan. "Jisu-ya, bolehkah Kakak memelukmu sebentar," ucapnya meminta sedikit perhatian.

Masih terasa canggung, tetapi perubahan sikap Jisu nyatanya sedikit memperbaiki hubungan kakak beradik di antara keduanya. Jisu memutar arah, tersenyum kecil, dan menghampiri. Memeluk Jieun seperti yang gadis itu inginkan.

"Maafkan aku, Jisu-ya. Maafkan aku," lirih Jieun di tengah pelukan singkat mereka.

Jisu tak mengerti mengapa Jieun terdengar menyesal dan meminta maaf jika selama ini dirinyalah yang bersikap paling keras kepala.

***

Terkadang hari berganti begitu cepat, bahkan ketika kau belum sempat menjatuhkan satu keputusan. Hari Jum'at datang begitu saja tanpa ia sadari, pun sesi belajar yang menemui ujungnya hari ini. Sabtu dan Minggu para murid akan menggunakan waktunya untuk beristirahat di rumah, mengambil jeda dari kegiatan belajar maupun berlatih. Lebih mempersiapkan fisik dan juga mental untuk menghadapi ujian pada hari Senin.

Kyungsoo menghela napas panjang, merapikan bukunya dari atas meja dan memasukkannya ke dalam tas. Pukul enam sore seperti ini biasanya ia, Sehun, dan Heyul akan pergi ke kantin untuk makan malam sebelum meneruskan kegiatan belajar mereka hingga pukul sembilan malam nanti. Namun, sepertinya pemuda bermata bulat itu memutuskan untuk pulang lebih awal.

Days of SunshineWo Geschichten leben. Entdecke jetzt