17

334 79 1
                                    

Dua orang pelanggan baru saja meninggalkan toko. Jieun kembali melirik jam digital pada layar komputer di mesin kasir yang kini tertulis pukul sebelas lebih dua puluh lima menit. Lima menit lagi sebelum ia harus membangunkan Kyungsoo, tetapi gadis itu memutuskan untuk melakukannya lebih awal.

Meninggalkan tugasnya sebentar dan kembali ke dalam ruangan loker. Kyungsoo masih terlihat terlelap, tak bergerak sedikit pun, dan masih dengan posisi meringkuknya. Mendekati si pemuda pulas, Jieun menundukkan badan untuk membangunkannya.

"Sudah pukul setengah dua belas malam, Kyungsoo-ya. Bangun dan pulanglah ke rumah." Jieun mengoyak lengan Kyungsoo pelan, beberapa kali hingga suara erangan malas menyahut.

Kyungsoo meluruskan kedua kaki, melemparkan tangan kirinya ke udara. Sedikit menggeliat ia merasakan singgungan di lengan. "Jam berapa ini?" tanyanya, tubuh melurus menghadap langit-langit, tetapi masih terpejam kedua kelopak matanya.

"Setengah dua belas," timpal Jieun, menarik jaket yang ia gunakan untuk menyelimuti Kyungsoo tadi, "pulanglah!"

Kelopak mata rapat perlahan terbuka, dingin menyambut cepat membuatnya merinding. Selembar kain penyumbang hangat tiba-tiba terlepas begitu saja. Kyungsoo menekuk hidung, menarik tubuh malasnya untuk duduk. Sisa kantuk memberat di pelupuk, pun pandangannya yang masih belum fokus.

"Kau menggunakan jaketmu untuk menyelimutiku?" ujarnya, memicingkan dua sudut netra ke arah jaket di tangan Jieun.

"Hmm, aku tidak ingin kau kedinginan."

Kyungsoo berdecap, tersenyum kecil mengejek gadis itu. "Ah, seperti biasanya, Lee Jieun selalu perhatian. Thank you, Jieun-ah."

Oh, sepertinya pemuda mengantuk ini benar-benar menikmati peran sok seumuran dengannya, membuat Jieun sedikit menyesal karena menyetujui hal itu. Bibir tertarik lurus memajang senyum, tetapi rona sebal yang tertangkap dari kikihannya. Gadis itu berdecit menimpali. "Sama-sama, dan aku akan lebih berterima kasih lagi jika kau bangun dan pulang sekarang!" .

Melerai napas, beranjak dari kursi, dan berdiri sejajar dengan gadis itu. Kuat sisa kantuk masih menempel di wajah lelahnya. "Setidaknya izinkan aku menggunakan kamar kecil untuk membasuh wajah," Kyungsoo meminta, kali ini dengan lembut.

Jieun membenci ini, mengapa ekspresi menyebalkan itu berubah menjadi memelas dalam beberapa detik saja. Membuat gadis itu tak tega untuk tidak menuruti. "Di sebelah ruangan ini ada kamar kecil, pergilah."

Kyungsoo menyengir kecil ke arahnya. "Ah, Jieun-ku benar-benar baik hati," cicit pemuda itu sebelum meninggalkan ruangan.

Jieun menghela napas, menuju loker untuk memasukkan kembali jaket miliknya sebelum mengikuti jejak Kyungsoo. Namun berbeda arah, ia kembali meneruskan pekerjaannya di depan.

***

Sedikit lebih segar, mata terbuka penuh ketika ia kembali ke depan. Tas ransel tersampir erat di kedua sisi pundak, pun jalannya yang tak lagi malas. "Terima kasih." Kyungsoo mengumbar senyum, berdiri di depan meja kasir untuk berpamitan kepada Jieun.

"Hmmm, pulanglah!" timpal gadis itu singkat. Namun, justru tak bergerak pemuda itu.

Kyungsoo masih berdiri tempatnya, tak menciptakan langkah untuk meninggalkan toko, justru memaku tatapan heran ke arah si gadis kasir. "Kau mengusirku lagi?" keluhnya, membuat Jieun terpaksa memutar bola matanya malas.

"Aku hanya tidak ingin kau terlalu larut sampai di rumah."

Menyandarkan tubuhnya pada meja kasir, menancapkan kedua ujung siku di atasnya, dan menopang dagu. Seutas senyum tercipta di sudut bibir, tetapi cukup pahit ekspresi wajah penciptanya. Kyungsoo kembali menatap wajah gadis itu, kali ini cukup lama. "Pasti rasanya menyenangkan sekali memiliki seseorang yang mengkhawatirkanmu dengan tulus," ujarnya. Meski terdengar bercanda, tetapi binar matanya begitu serius.

Days of SunshineUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum