6

367 16 0
                                    

Rose

Aku terus memikirkan mata birunya yang menatapku sepanjang waktu malam itu, ketika lengannya yang bertato menahan gadis itu ke dinding dengan sebelah kakinya di atas bahunya. Kontrolnya, dorongannya yang kuat, erangan kenikmatannya, membakar otakku. Membuat gambaran-gambaran mustahil terlihat di kepalaku semakin buruk dan semakin sulit untuk mencoba memblokir mereka. Dia lebih intens dan terperinci, tapi aku malah membayangkan diriku sendiri yang berada di posisi gadis itu.

Kenapa Luca tidak berhenti juga? Aku menyaksikannya menjadi lebih dominan dengan setiap dorongannya, dia tetap menatapku sepanjang waktu ketika gadis itu berteriak. Tubuhku semakin membeku saat aku memasuki lorong untuk mencari Jacob, Sebaliknya aku menangkap Luca yang tidak menunjukkan belas kasihannya pada gadis mungil itu.

Hanya dalam beberapa detik sebelum aku berlari, karena merasa malu di luar kepercayaanku. Aku bahkan tak tahu kenapa aku malu saat aku menangkapnya melakukan seks.

"Kau baik-baik saja, girl? Kau bangun terlalu awal pagi ini." Tanya Chloe, berjalan menjauh dari meja dengan dua cangkir kopi di tangannya.

Aku bahkan tidak memperhatikannya di dapur bersamaku. Chloe duduk di sampingku, lalu meletakkan cangkir di depanku. Aku tersenyum padanya, dan mengangkat minuman itu ke bibirku dan menyesap sedikit. Aku tidak tahu harus berkata apa padanya, bagaimana caraku  menjelaskan tentang semalam?

"Sorry. Semalam, malam yang aneh, Jacob menghilang di tengah jalan sepanjang malam." Jelasku memberitahunya, berusaha mencari tahu sendiri.

"Dia menghilang?" Tanya Chloe,  alisnya yang terbentuk sempurna sedikit terangkat.

"Kami makan malam dan memutuskan untuk kembali ke Lust, kami menari sebentar dan kemudian dia pergi ke bar tapi dia tidak kembali padaku. Daniel, Lee dan Luca juga sudah keluar." Ujarku, aku memejamkan mata dan memikirkannya lagi, cara Luca mendorong pinggulnya membuat inti ku langsung berdenyut.

"Apa yang terjadi dengan Luca dan jangan memakai alasan konyol, aku bisa melihat otakmu berdetak." Tanyanya lagi, dia meraih lenganku, kegembiraan terlihat jelas dalam suaranya. Aku menghela nafas, berusaha untuk tidak tertawa.

"Aku memergokinya berhubungan seks di lorong klub." Jelasku, aku menutup mulutku dengan tanganku, masih merasa malu luar biasa. Chloe langsung tertawa terbahak-bahak.

"What the fuck?! Itu benar-benar lucu." Serunya, tubuhnya gemetar karena tertawa.

Aku menggigit bibir bawahku, mencoba menghentikan gambar itu agar tidak muncul lagi, tapi itu tidak akan hilang.

"Siapa yang akan bercinta di lorong klub selanjutnya?" Tanyaku padanya saat dia tenang.

"Ya." Ujar Darcy seraya masuk, kepalanya terangkat tinggi, rias wajahnya sempurna dan rambutnya halus.

Kami berdua memutar mata, dia mungkin sudah bercinta di lorong itu. Ponselku mulai berdering di meja di depanku, keluar dari percakapan mereka. Aku melihat nama Daniel muncul di layar, lalu aku menerima panggilannya.

"Halo." Jawabku, sedikit bingung bahwa dia meneleponku pagi-pagi sekali, dia biasanya tertidur sampai setidaknya sampai pukul dua pada hari Sabtu.

"Hey smelly, kau bebas hari ini?" Tanyanya, suaranya riang. Mungkin dia masih mabuk?

"Iya, ada apa?" Tanyaku heran. Yang mengkhawatirkan adalah mengapa kakak laki-lakiku yang berumur 24 tahun ingin bergaul denganku lagi, dia bahkan sudah sering melihatku.

"Kami bertiga akan pergi ke pantai, kalian ingin bergabung?" Dia bertanya, seketika kegembiraan menguasaiku.

"Okey, biarkan aku bertanya pada mereka." Jawabku, menjauhkan ponsel dari telingaku, aku melihat kedua gadisku, mereka sudah mengawasiku.

Delicious Rose (Indonesian Translation)Where stories live. Discover now