12

304 10 0
                                    

Rose

Sudah tujuh hari sejak insiden itu dengan Luca, aku belum pernah mendengar kabar darinya atau bahkan Daniel. Tapi aku tidak peduli, aku tidak peduli. Tidak ada gunanya? Dia adalah si brengsek yang arogan dengan pikirannya kacau akan cinta, sama seperti diriku. Bagaimana mungkin ini hampir sialan berhasil? Bahkan bercinta dengannya akan menjadi kesalahan besar dan aku akan melakukan begitu banyak kesalahan untuk Daniel.

"Hai! Rose bukan?" Seorang gadis yang baru saja ku lihat beberapa kali di kantor berjalan ke mejaku, aku melompat keluar dari pikiranku dan menyadarinya. Aku menatap gadis mungil dengan rambut pirang, senyumnya hampir terlalu lebar saat dia menungguku untuk menjawabnya.

"Ya. Emily, kan?" Jawabku dengan cepat, mematikan komputerku, aku mengenakan jaket dan mengambil tas.

"Ya, aku ingin bertanya apakah kau ingin minum? Kau mungkin punya rencana, tapi kau baru beberapa bulan di sini dan kita belum pernah bicara, aku tidak ingin kamu berpikir kau harus menerimanya tapi-" Ujarnya, wajahnya memerah saat dia bermain dengan ujung rok kecilnya.

"Tentu, tapi yang pertama membayarnya kau." Jawabku dengan cepat, lalu memberinya senyuman tulus dan kedipan, bibirnya yang penuh tersenyum cerah ketika dia mengayunkan tasnya ke bahunya.

Sambil berjalan mengitari meja, aku berjalan di sebelahnya ketika kami berjalan melewati kantor, hanya beberapa orang yang masih duduk dan bekerja dan akan sampai larut malam.

"Bagaimana bisa aku tidak mengenalimu?" Emily bertanya padaku sambil menyesap anggurnya, aku mengangkat bahu dengan heran. Universitas kami sangat besar, tapi kau akan selalu melihat wajah yang sama setelah melakukan rutinitas setelah kebanyakan orang lakukan. Aku merasa seperti pernah melihat Emily sebelumnya, bahkan baru-baru ini tapi tidak saat bekerja.

"Tentunya kita harus mengenal beberapa orang yang sama?" Dia bertanya lagi, aku mencoba memikirkan siapa saja yang ku kenal yang mungkin mengenal Emily. Mungkin, dia satu tahun di atasku.

"Lauren Mettam?" Tanyaku padanya, tertarik untuk mengetahui apakah dia ingat sahabat lamaku, dia biasa tidur dengan semua siswa yang lebih tua darinya sehingga dia menerimanya untuk dirinya sendiri. Semua orang mengenalnya dan pada saat itu aku tidak keberatan, kupikir akulah gadis itu sekarang.

"Ya! Dia melakukan threesome dengan Harry Bell dan Donnie Richards yang seusia denganku. Oh, bukankah dia sudah bertunangan dengan Theo Saxby sekarang? Gadis yang beruntung, dia sangat seksi." Kata-katanya langsung mengguncangku dan aku menahan napas, tapi dia tidak menyadarinya. Semua orang mengenal Theo, dia populer di sekolah menengah dan di Universitas, dia memiliki kepribadian yang menarik dan menawan.

"Dia tidak begitu istimewa." Aku bergumam sebagai jawaban, wajahnya berkerut karena kebingungan.

"Ya Tuhan apa yang aku mengatakan hal yang salah?" Seru Emily, khawatir, lalu meneguk anggurnya. Jantungku berdegup kencang saat memikirkan Theo dan Lauren.

"Well, dia mantan tunanganku, dan dia selingkuh dengan sahabatku, Lauren." Jelasku berhasil mengatakan, aku melihat ke bawah pada ibu jariku. Ya Tuhan, aku benar-benar perlu membuat janji untuk pertemuan ini.

"Oh sial, maafkan aku," aku mendengarnya terkesiap sebelum dia membungkuk dan meraih tanganku meremasnya erat-erat.

"Jangan khawatir, aku baik-baik saja." Ujarku dan terkekeh, berusaha terdengar yakin dengan kata-kataku, ketika aku tahu itu omong kosong. Aku tahu aku kacau, berantakan dan tidak stabil.

"Jika seorang gadis sepertimu tidak bisa menjaga seorang pria maka kita semua akan kacau." Dia terkikik pada dirinya sendiri, aku meluangkan waktu untuk melihatnya.

Delicious Rose (Indonesian Translation)Where stories live. Discover now