25

156 5 0
                                    

Rose

"Emily? Apa yang kau lakukan di sini?" Tanyaku dengan percaya diri sementara tanganku gemetaran karena khawatir. Dia memutar matanya dan melangkah masuk, mata gelapnya berlama-lama di dada telanjang Luca.

"Aku sudah tahu kalian berdua telah bersama selama beberapa minggu ini, dan aku tahu kau melihat Luca bercinta denganku di lorong waktu itu." Jelasnya. Dia duduk di tepi ranjang, dan menatapku seolah dia ingin merenggut kepalaku. Jadi, selama ini dia mempermainkanku seperti orang bodoh.

"B-Bagaimana?" Aku tergagap, benar-benar bingung.

"Aku benar-benar bodoh, aku melihat kalian berdua berciuman di luar pekerjaan. Ditambah lagi, itu menyenangkan bertindak seperti korban yang tidak mengerti, kau benar-benar teman yang mengerikan dengan apa yang kau lakukan di belakang mereka." Cibir Emily, lubang hidungnya melebar penuh amarah saat memperhatikan penampilanku setelah melakukan seks.

"Kau tidak tahu apa yang kau bicarakan, Emily." Ujar Luca, seraya melangkah lebih dekat padaku, tangannya mengepal di sampingnya.

"Aku tahu kau mempermainkanku Luca, kupikir aku bisa menjadi gadis yang bisa mengubahmu, lalu membuatmu jatuh cinta dan semua omong kosong itu. Kau lebih memilih gadis menyedihkan dengan masa lalunya yang kacau." Ujar Emily sambil berdiri, lalu dia berjalan ke sisi Nick, lengannya melingkari pinggangnya.

"Jangan berani bertindak seolah kau tahu tentang diriku!" Aku membentaknya, darahku mendidih. Dia tertawa, tawa yang sangat lucu. Ya Tuhan, jika saja aku tidak telanjang sekarang.

"Apakah Daniel yang malang itu tahu tentang hal ini?" Tanyanya. Dia melihat kembali ke arah Luca, mengabaikanku sepenuhnya.

"Jangan berani." Desis Luca, rahangnya menegang. Mata biru es-nya membuatnya menjadi orang sangat bodoh, merusak suasana yang telah kami lakukan.

"Kurasa dia punya hak untuk tahu bahwa temannya meniduri adik perempuannya yang polos di belakangnya." Ujar Nick, terkekeh di sebelah Emily.

"Fuck you!" Aku mendesis pada pria yang menyeramkan itu.

"Suatu hari nanti, baby." Balas Nick seraya mengedipkan matanya padaku, aku menggeram padanya. Berpikir untuk menyerangnya.

"Menyingkirlah, sobat." Suruh Luca, mengambil beberapa langkah ke arah orang disebut sahabatnya. Nick tetap diam dan mencoba meniru penampilan Luca, tapi gagal total.

"Jangan berpikir hal ini akan bertahan lebih lama, kau tahu dengan baik apa yang akan terjadi ketika semua orang mengetahui kebenarannya." Nick berbicara dengan keras, aku melihat otot-otot punggung Luca menegang. Kebenaran?

"Aku bilang mundur, Nick." Luca melangkah lebih dekat, memelototi Nick. Tubuhku bergetar saat aku takut pertarungan meningkat di antara keduanya.

"Aku hanya memperingatkanmu sobat, ini sudah di luar kendali sekarang, pasti kau setuju?" Tanyanya pada Luca, matanya mencari kebenaran di wajahnya. Punggung Luca rileks dan berbalik ke arahku, matanya penuh kekhawatiran.

"Kau harus pulang, Rose. Ini adalah ide yang buruk." Bisiknya, merasa bersalah, aku menutup mataku, mencoba menenangkan diriku sebelum aku meledak.

"Semua orang keluarlah agar aku bisa menemukan pakaianku!" Aku berteriak pada mereka, dan menunggu beberapa detik sebelum mereka menutup pintu di belakang mereka. Tawa Emily dapat terdengar dari sisi lain pintu saat aku dengan cepat berjalan. Aku mengayunkan membuka pintu dan langsung berhadapan dengannya, dia tersenyum begitu cerah dan palsu membuatku ingin mencongkel matanya.

"Harusnya kau memikirkan segalanya sebelum melakukan sesuatu yang bodoh seperti jatuh cinta pada pria ini, dia akan membuangmu seperti kotoran." Desisnya seraya menunjuk ke arah Luca yang berbisik di telinga Nick beberapa jauhnya dariku. Aku mengambil langkah lebih dekat sampai napasnya mengenai wajahku, aku berani jika dia mengatakan hal buruk lainnya.

Delicious Rose (Indonesian Translation)Where stories live. Discover now