35

107 5 0
                                    

Rose

Setelah bekerja, aku menelepon Ibuku dan memberitahunya aku akan datang beberapa jam lagi, dia menerima ajakanku dan memberitahuku dia akan menyiapkan makan malam untuk tujuh orang. Ini Jumat malam dan satu minggu penuh sejak terakhir kali aku melihatnya, aku tidak tahu mengapa aku belum mengirimnya pesan kembali. Aku seperti orang jahat karena tidak membalasnya pada Senin malam, sebaliknya aku mengisi waktuku dengan membaca beberapa buku menyedihkan dan membuat diriku lelah di gym, jelas dengan ditemani Chloe atau Darcy.

Setelah parkir di jalan depan rumah Ibuku, aku bergegas keluar dari mobil saat melihat pintu depannya terbuka lebar. Lengan Ibuku terbuka dan aku tidak ragu lagi memeluknya. Mencium aroma parfumnya, rambutnya yang lembut menggelitik pipiku, dan aku menangis. Dia menyapukan jari-jarinya di rambutku saat aku merasa hancur, dia tidak bertanya padaku apakah sesuatu terjadi denganku dan Luca. Dia ibuku, dan dia pasti tahu.

"Ayo kita masuk, disini dingin."

Dengan lembut dia mendorongku masuk ke dalam rumah, aku meletakkan mantel panjangku di atas pegangan tangga menuju dapur besar. Hughie, kucing berwarna hitam putih milik Ibuku sedang duduk di jendela, aku membelai kucing jantan tersebut, dia sedikit kelebihan berat badan.

"Hey handsome." Sapaku seraya membungkuk dan mencium dahinya yang lembut, dengkurnya cukup menenangkanku hingga membuatku tersenyum. Terkadang aku berharap bahwa aku adalah seekor kucing, tidak akan memiliki masalah nyata, mereka bisa tidur, makan dan berpelukan sepanjang waktu.

"Apa yang terjadi, Rose?"

Aku berbalik menghadap Ibuku, dia bersandar di meja. Rambut pirangnya melengkung ke belakang, celana jeans biru ketatnya dengan jumper rajutan biru muda.

"Beberapa hal, apakah Wayne memiliki cara yang memungkinkan untuk menghubungiku?" Tanyaku padanya, sedikit khawatir dengan bagaimana dia akan bereaksi. Dia mengerutkan kening seketika, lalu melangkah lebih dekat ke arahku. Aku membuka ponselku dan menyerahkannya padanya, dia melihat-lihat pesannya.

"Kurasa itu bukan dia, Rose." Dia memberitahuku, lalu mengembalikan ponselku. Aku bisa melihat sedikit perubahan pada napasnya, aku merasa sangat bersalah untuk semuanya.

"Bagaimana Mum bisa tahu?" Tanyaku lagi, semakin bingung dari sebelumnya. Dia menghela nafas panjang, matanya terbuka untuk menatapku lagi.

"Itu akan sangat konyol baginya, dia baru saja keluar dari penjara." Ujarnya.

Aku bahkan tidak yakin apakah dia benar dengan apa yang dia katakan. Aku benci bagaimana setiap kali Ibu menatapku, aku adalah gadis yang merusak pernikahan mereka, bahkan jika aku tidak pernah memberikan persetujuanku, itulah yang dia lihat. Pasti itu yang bisa dilihatnya, Wayne lebih memilihku daripada Ibu dan itu menghancurkan hatiku.

"Maafkan aku, Mum." Bisikku.

Aku mengunci jari-jariku dengan miliknya, Ibuku hanya pernah jatuh cinta sekali. Dengan Ayahku. Aku tahu mereka masih saling mencintai ketika mereka bercerai, tapi cinta mereka berubah menjadi persahabatan yang akrab. Bahkan ketika dia menikah dengan Wayne dan Ayahku meninggal, hatinya hancur. Wayne tampak seperti gangguan yang buruk, terutama setelah kematian Ayah, hingga aku mengatakan yang sebenarnya.

"Baby dengarkan aku, aku tahu ini pasti membingungkan dan aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaanmu. Dia sudah pergi dari kehidupan kita, dan aku tidak tahu siapa yang mengirim pesan padamu." Jelas Ibu. Aku menahan air mataku, aku merasa kewalahan dan aku tidak merasa aman.

Duduk di meja makan, Ibu membuat makan malam dengan menu daging panggang. Semuanya terlihat lezat, aku tidak tahu apakah siapa pun yang bisa membuat daging panggang seperti buatan Ibuku, semuanya begitu segar, penuh rasa dan nikmat.

Delicious Rose (Indonesian Translation)Where stories live. Discover now