28

133 5 0
                                    

Luca

Aku tidak bisa mengeluarkan suara teriakannya dari kepalaku, tapi sekarang dia terlihat sangat damai meringkuk di sampingku. Aku belum bisa tidur kembali sejak dia bermimpi buruk beberapa jam yang lalu. Terbangun karena mendengar dia menangis dan menjerit, tahu dia sudah kesakitan selama bertahun-tahun dan itu menghancurkan hatiku.

Jika aku bisa menemui Wayne dalam sekejap, aku akan menyebabkan dia sangat menderita, seperti Rose yang harus menderita saat bersamanya selama bertahun-tahun. Aku mengulurkan tangan dan membelai punggung telanjangnya, begitu lembut dan sempurna. Aku tahu bersamanya sama salahnya denganku.

Tapi aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan membiarkan ini terjadi ketika aku bertemu dengannya, tapi sial. Dia membuatku terpesona sejak saat pertama kali bertemu, tapi dia menarik napas saat kami berciuman, aku hanya berharap ini yang terakhir. Tentu saja, itu tidak akan terjadi, dia akan mencari tahu pada akhirnya, dia akan menemukan bahwa aku tidak pantas mendapatkannya. Aku mungkin akan merusaknya.

"Kau baik-baik saja? Kenapa kau terbangun? Sekarang masih jam lima?." Suara malaikatnya memotong pikiranku, aku melihat ke bawah ke matanya. Napasku tiba-tiba tercekat ketika aku menatapnya.

"Kau sangat cantik." Aku mengusap pipinya, bibirnya yang lembut tersenyum kepadaku.

"Apakah kau ingin berbicara tentang mimpi burukmu?" Aku bertanya padanya, berharap dia tidak kesal lagi, wajahnya terlihat tenggelam dalam sedetik sebelum dia menganggukkan kepalanya.

"Ya, maaf aku membangunkanmu." Dia memberiku senyuman sedih, aku membungkuk dan menangkup wajahnya dengan tanganku.

"Jangan minta maaf, aku sangat mengkhawatirkanmu, aku tidak bisa membangunkanmu selama beberapa menit saat itu." Aku memberitahunya, mengingat saat dia meronta-ronta dan berteriak 'Tidak' dan 'tolong berhenti'.

"Itu Wayne, itu hanya kenangan." Dia menjawab dengan jujur, aku menatap matanya. Hatiku sedih untuknya, aku bahkan tidak bisa membayangkan apa yang dia alami karena pria itu.

"D-dia dulu memanfaatkan waktu dengan baik saat tidak ada Ibuku dan Daniel. Hanya Tuhan yang tahu apa yang ku alami saat itu, liburan musim panas adalah yang terburuk, dia bekerja dari rumah sehingga aku tidak bisa menghindarinya." Jelasnya. Dia menatap ke bawah, suaranya bergetar dan gugup.

"Kau tidak perlu memberitahuku jika kau tidak bisa, baby." Ujarku dengan lembut, tidak ingin memaksanya melakukan sesuatu yang tidak nyaman baginya.

"Tidak, tidak apa-apa, aku berusia sebelas tahun ketika dia pertama kali menyentuhku, dia menikahi Ibuku saat aku berusia sembilan tahun dan kemudian dia tinggal bersama kami. Sampai aku mulai memakai bra, dia seperti berubah menjadi hewan lapar setiap saat dia menatapku, dan saat hari ulang tahunku yang kesebelas, dia menyelinap ke kamarku dan  semua penderitaanku berawal dari sana." Jelasnya diiringi isak tangis di suaranya, aku langsung menariknya ke dadaku.

"Dia tidak akan pernah menyakitimu lagi, maafkan aku." Bisikku. Aku membelai rambut selembut sutranya, mataku memanas. Rasa sakitnya menghancurkanku, aku tidak pernah menangis tapi sekarang aku akan berusaha sangat keras untuk tidak melukainya.

"Aku tahu, aku harap tidak." Dia menarik diri dariku, aku menatapnya.

"Kau ingin tahu sesuatu?" Dia bertanya, senyum lebar muncul di bibirnya yang lezat. Aku tidak bisa menahan senyumku padanya ketika dia menatapku, aku menggunakan ibu jariku untuk menghapus air matanya yang hangat masih mengalir di wajahnya yang tanpa cacat.

"Lanjutkan." Aku memutar mataku dengan geli, dia menampar lenganku sebelum meringkuk lebih dekat.

"Kurasa semuanya akan beres di antara kita, apapun itu, pasti." Ujarnya. Dia terlihat ragu-ragu, aku melihat ke bawah ke jari-jarinya saat mereka menelusuri dadaku yang bertato. Ya Tuhan, aku harap begitu, aku membutuhkannya.

Delicious Rose (Indonesian Translation)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu