36

134 6 0
                                    

Luca

Aku melangkah masuk ke kamarnya, ini terasa aneh. Aku seperti belum pernah masuk ke sini sebelumnya, dan tidak pernah tidur di ranjangnya, dimana semua percakapan hingga larut malam sampai dia tertidur di dadaku, dimana aku bercinta dengannya. Dia berjalan di depanku dan duduk di tepi ranjang, bersandar pada bantal dengan motif yang indah. Dia terlihat cantik, sangat indah sehingga aku tidak tahan melihatnya.

"Aku datang ke sini untuk meminta maaf, aku tidak mengharapkan apapun." Kataku langsung padanya. Duduk di seberangnya, tapi pada jarak yang aman. Aku tidak bisa mengambil risiko bercinta dengannya lagi, jika aku menyentuhnya itu akan berlangsung langsung. Dia terlihat sedih saat matanya bertemu dengan mataku.

"Katakan mengapa." Bisiknya, aku bisa mendengar rasa sakit dalam nada suaranya. Semuanya mengalir di kepalaku. Di mana aku bisa memulainya? Apa yang ingin dia ketahui?

"Malam ketika aku bertemu denganmu, aku benar-benar tidak bisa mempercayai mataku. Aku pernah mendengar tentang aturan Daniel tapi aku tidak punya niat untuk menyakitimu, sampai kita pergi ke pantai dengan mereka." Jelasku, matanya tidak pernah meninggalkan mataku, tangannya gemetar.

"Jadi, saat di pantai adalah hari kau memulai permainanmu? Sebelum itu kau bersikap seperti orang yang tidak bersalah?" Tanyanya, suaranya bergetar. Aku sudah benar-benar melukainya. Aku seorang bajingan.

"Ya, tapi pikiran burukku terhadap Daniel mereda dengan cepat, ketika aku mengetahui tentang Wayne dan Ayahmu. Aku ingin menghentikan rencanaku, malam saat kita berciuman, tidak pernah ingin menyakiti Daniel lagi, disanalah aku menyadari perasaanku." Aku berbicara lagi, mengingat semuanya.

"Ketika dia hampir menangkap kita di kamarku dan kau langsung keluar, aku jadi sialan gila. Aku membenci diriku sendiri, tapi kau menyadarkanku saat ciuman pertama kita, Rose." Aku menutup mataku, suaraku bergetar ketika jantungku berdetak berulang-ulang, menyakitkan.

"Setelah ciuman itu, semuanya menjadi begitu nyata, tapi aku sudah memberitahu Nick dan Emily, aku menghalangi mereka, mereka terobsesi dengan ide untuk menghancurkanmu. Aku bahkan tidak tahu mengapa mereka melakukannya, aku sangat marah dengan kakakmu pada awalnya. " Jelasku lagi. Darahku mendidih dengan kepribadian Nick yang kejam, betapa nikmat rasanya saat mematahkan hidungnya di bawah kepalan tanganku malam itu.

"Aku belum pernah bertemu dua orang yang begitu brengsek satu sama lain, mereka ular." Geramku, berusaha menenangkan diriku.
Aku menatapnya, matanya berkaca-kaca dan rambutnya pirangnya jatuh di dadanya.

"Kenapa kau tidak menunjukkan foto itu pada mereka?" Tanyanya, suaranya lebih keras, lebih percaya diri dari sebelumnya. Aku menghela napas dalam-dalam dan mengingat pertama kali dia tertidur di dadaku, tubuhnya yang telanjang menempel di dadaku. Hanya butuh satu detik untuk mendapatkan gambar yang sempurna, tubuh telanjangnya untuk dipamerkan.

"Aku tidak bisa melakukannya, aku memberitahu Nick bahwa aku punya fotonya tapi aku menghapusnya begitu dia mengambil ponselku, aku merasa protektif padamu dan bodoh karena berpikir aku bisa melakukan itu padamu. Aku jatuh cinta denganmu, aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika aku mengkhianatimu seperti itu." Ujarku panjang lebar. Tubuhku terasa lebih panas setiap detiknya, aku tidak bisa membaca wajahnya.

"Apa maksud dari perkataanmu itu?" Dia menatapku, hatiku akan meledak dan sekarang aku takut.

"Ya, dari setiap kataku Rose, aku mengerti jika kau tidak merasakan hal yang sama." Aku tidak bisa melihatnya lagi, ini ide yang buruk dengan datang ke sini. Aku sudah mengatakan padanya apa yang harus ku lakukan, dia tahu yang sebenarnya.

"Aku mencintaimu." Suaranya membuatku teriris, kepalaku terangkat untuk menatapnya sekali lagi. Kecantikannya membuatku seperti biasa, aku harus mengendalikan diriku, aku tidak bisa menghancurkannya, aku tidak bisa menghancurkan diriku lagi.

Delicious Rose (Indonesian Translation)Where stories live. Discover now