31

114 5 0
                                    

Rose

Setelah menyemprotkan sedikit hairspray, aku melihat penampilanku. Rambut pirangku melingkar membentuk gelombang besar yang mengalir di dada dan punggungku, melukis eyeliner di mataku dan bibir merah cerahku.
Aku memutuskan untuk mengenakan sepatu bot ber-hak tinggi, skinny jeans hitam dan crop top beludru hitam baruku. Mengenakan jaket kulitku, aku siap untuk merasakan kehidupan malam London, aku merasa ini seperti sudah sangat lama. Terakhir kali adalah ketika aku mencium Luca untuk pertama kalinya, setidaknya enam minggu lalu.

"Kau siap?" Chloe masuk ke kamarku, gaun merah mudanya memeluk tubuh langsingnya, dia terlihat sangat cantik.

"Ya. Darcy?" Tanyaku, memeriksa penampilanku untuk terakhir kalinya.

"Ya, dia sudah memulai beberapa tembakan, ayolah." Dia tertawa sebelum keluar dari kamarku.

Aku mengambil tas tanganku, lalu mematikan lampu kamar, dan berjalan menuju lorong yang redup, aku mendengar suara tawa datang dari ruang tamu.

"Akhirnya, Rose!" Seru Kakakku muncul di pintu ruang tamu, dia mengenakan kemeja denim dan celana jeans hitam.

"Aku tidak tahu kalian akan datang?" Tanyaku padanya, lalu melihat orang di belakang kakakku, Luca sedang bersandar di pagar balkon, matanya mengawasiku. Sambil menahan senyum, aku balas menatap kakakku.

"Ya di menit terakhir, kami memutuskan untuk minum di sini." Dia melingkarkan tangannya di pundakku, menarikku ke ruang tamu.

"Aku butuh rokok." Aku memberitahunya, lalu membuka tas. Aku melangkah keluar ke udara hangat lalu membungkuk di atas balkon. Aku menyalakan rokokku, kota terlihat ramai dalam cahaya terang di bawah dan di sekitaran.

"Kau terlihat cantik, baby ." Luca berbisik, bergerak sedikit lebih dekat ke arahku, tubuhnya masih menghadap ke ruang tamu.

"Kau juga tidak terlihat buruk," Gumamku, dia terlihat lebih baik dari sebelumnya. Celana jeans hitamnya memeluk kaki berototnya, kaus putih polos memamerkan tubuhnya yang kuat, jaket bomber hitam dan sepasang sepatu bot Chelsea hitam favoritnya.

"Ini akan sangat sulit." Dia menghela nafas dalam-dalam, aku berbalik untuk menghadapnya, mencoba untuk bertindak sesantai mungkin.

"Apanya?" Tanyaku, meskipun aku tahu jawabannya.

"Ini, kita, aku tidak bisa memelukmu, atau menciummu malam ini." Bisiknya. Kepalanya tertunduk.

"Kita mungkin menemukan jalannya, jangan khawatir." Aku memberitahunya, memikirkan berbagai skenario di kepalaku agar aku bisa menciumnya malam ini.

"Kau terlihat cantik, sayang." Ujar Lee seraya melangkah keluar ke balkon, lengannya terbuka untuk pelukan, rambut pirangnya perlu dipotong.

"Halo, Lee." Aku tertawa kecil saat aku memeluknya dengan cepat.

"Aku belum melihatmu dalam beberapa minggu, dimana saja kau?" Tanyanya seraya mengangkat alis ke arahku.

"Tempat yang tidak biasa." Jawabku.

"Bagaimana kehidupan cintamu?" Dia bertanya, aku ragu. Apakah dia tahu? Tentu saja, dia tidak tahu.

"Luar biasa, kau?"

"Mati." Jawabnya sambil terkekeh sebagai respons. Aku meletakkan rokokku di asbak sambil tersenyum padanya.

"Aku yakin kau akan segera menemukan seseorang." Ujarku padanya, aku tidak mengerti mengapa dia tidak menemukan seorang gadis  sepanjang waktu aku mengenalnya, ini sudah sepuluh tahun sudah lama.

Aku sangat mengenalnya, dia selalu menarik para wanita keluar malam, tapi tidak lebih dari semalam. Aku juga punya perasaan bahwa dia menyukai Darcy, tapi aku tidak yakin.

Delicious Rose (Indonesian Translation)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora