18

242 8 0
                                    

Rose

Aku berguling di ranjang dan meraih ponselku, aku menekan tombol home saat layar menyala, pukul tiga pagi. Aku menghela napas dalam-dalam, rambutku masih basah karena habis mandi. Aku masih tidak bisa melupakan apa yang terjadi beberapa jam yang lalu, aku tidak yakin apakah aku bisa memaafkan Chloe. Dia tahu semua yang terjadi padaku dengan Wayne, dia pernah bertemu dengan pria sialan itu. Aku menyeka air mata yang jatuh wajahku dari mataku, berusaha keras untuk tidak terlihat hancur lagi.

"Kau baik-baik saja?" Suara serak Luca mengejutkanku, aku perlahan berbalik untuk menghadapnya. Matanya berbinar dalam cahaya yang redup dari kamarku.

"Ya, maaf jika aku membangunkanmu." Aku balas berbisik padanya.

"Kemarilah." Suruhnya. Dia mengulurkan tangannya, meraih pinggangku dan bagian belakang pahaku, menarikku dengan mudah ke tubuhnya. Aku meletakkan kepalaku di dadanya, lengannya melingkari pundakku. Ibu jarinya membelai pipiku dengan lembut.

"Kau tahu sesuatu yang gila." Dia berbicara dengan lembut.

"Hmm apa?" Tanyaku, lalu mengangkat kepalaku sedikit untuk menatapnya.

"Aku menyukaimu." Dia memberitahuku. Kata-katanya membuat hatiku berdebar kencang, dia menyukaiku? Luca menyukaiku? Dia bercanda.

"Jangan bercanda tentang hal itu." Seruku sambil menepuk dadanya dengan ringan dengan cara yang lucu. Dia memegang pergelangan tanganku dan menatapku dengan wajah datar, tidak ada tanda candaan yang jelas.

"Kenapa aku bercanda tentang itu? Aku sangat menyukaimu Rose." Balasnya. Wajahnya serius dan rupawan. Oh, my fucking god.

"Apakah kau menyukaiku?" Dia bertanya, aku terdiam sebentar. Semua pikiran dan perasaanku tercampur aduk. Bisakah aku membuat diriku menyukai seseorang lagi? Bagaimana jika aku jatuh cinta padanya? Aku tidak bisa melakukannya sendiri.

"Aku memang menyukaimu." Jawabku dengan jujur. Aku baru mengenalnya selama sekitar lima minggu, tapi aku telah menghabiskan begitu banyak waktu dengannya. Aku tidak bisa menyangkal perasaanku.

"Aku tahu itu." Dia memelukku dengan erat.

"Jangan merusak suasana, brengsek." Seruku lalu menepuk dadanya lagi saat dia terkekeh di bawahku.

Kami berbaring dalam kesunyian selama beberapa detik, aku tidak merasa lelah lagi. Pikiranku berkeliaran, mencoba mencari tahu, apa yang akan terjadi sekarang?

"Rose, bisakah aku bertanya sesuatu padamu?" Tanya Luca.

Aku mengangkat kepalaku untuk memandangnya, raut kekhawatiran tersebar di wajahnya. Aku duduk dan menunggunya melanjutkan. Dia mengubah posisinya menjadi duduk di sebelahku.

"Siapa Wayne?" Dia bertanya.

Aku menyalakan lampu di samping tempat tidurku dan duduk lebih tegak. Apakah aku akan memberitahunya? Kukira setelah semua yang dia dengar sebelumnya, aku memang harus memberitahunya. Bagaimanapun dia harus mengetahuinya. Aku mengambil napas dalam-dalam.

"Dia mantan suami Ibuku, dia sudah di penjara selama lima tahun." Jawabku dengan jujur, menunggu semua pertanyaannya yang akan datang.

"Jadi, mengapa semua orang sangat mengkhawatirkanmu?" Tanyanya balik. Wajahnya penuh kebingungan.

"Dia pernah masuk penjara karena dia—" Suaraku bergetar, benjolan di tenggorokan membuatku lebih sulit berbicara.

"Hei, tidak apa-apa. Kau bisa percaya padaku, sayang." Bisiknya. Dia mendekat lalu mematuk bibirku dengan lembut. Aku menarik napas dalam-dalam, menenangkan diriku setelah melihat tindakannya yang penuh kasih sayang.

Delicious Rose (Indonesian Translation)Where stories live. Discover now