46

616 18 0
                                    

Luca

Tanganku bergetar ketakutan, kepalaku berdenyut-denyut, dan bibirku perih karena robek akibat tinjunya. Aku membuang dari pikiranku dan berpikir tentang hal yang ku lakukan sekarang, sekarang juga. Berdiri dan menunggu, berharap semuanya berjalan sesuai rencana. Aku membutuhkannya.
Butuh beberapa jam yang lalu, untuk menyadari bahwa aku memang bodoh karena berpikir aku bisa hidup tanpanya, aku tidak bisa melepasnya pergi saat aku mengetahui aku mencintainya tanpa syarat dan tulus padanya.

Jadi, aku menemukan akun Darcy di Facebook dan mengirim pesan padanya, menanyakan jam berapa mereka akan berada di sini, di bandara. Dia bahkan tidak ragu untuk mengatakan padaku untuk datang kesini. Aku tahu dia tidak ingin terlibat tapi, dia juga tahu betapa putus asanya diriku. Aku menggigit bibir bawahku, menyesali hal itu secara instan, luka yang mengingatkanku pada apa yang terjadi hari ini. Aku pergi menemui Kiara, mengatakan yang sebenarnya padanya.

Aku meminta maaf dan meminta maaf tapi dia memukulku, aku layak mendapatkannya. Dia tahu siapa Rose, dia tidak bodoh. Ketika aku mengatakan yang sebenarnya padanya, bahwa aku bertemu Rose dan ingin bersamanya. Dia marah, lalu melemparkan apapun yang berada di dekatnya, menghancurkan vas dan beberapa piring. Aku merasa tidak enak, tapi aku tahu pada titik tertentu dalam hidupku, jika itu bukan beberapa hari terakhir, mungkin dalam beberapa tahun atau lebih cepat. Aku akan menemukan jawabannya, bahwa aku harus bersamanya lagi.

Aku membutuhkannya untuk membiarkanku mencintainya seperti yang seharusnya ku lakukan sejak awal. Aku sudah serius mempertahankan segalanya sejak bertemu Rose, aku sudah begitu buta dan bodoh. Bagaimana aku begitu lama sampai sadar dan benar-benar mengatakan padanya aku mencintainya. Aku seharusnya tidak pergi ke New York, mengapa aku tidak kembali ke London lebih cepat? Mengapa aku membiarkan ini berjalan terlalu lama?

Aku melihat ketika pintu terbuka dan banyak orang masuk dengan membawa tas dan koper mereka. Aku tidak bisa menerimanya. Aku perlu melihatnya, aku membutuhkannya. Aku melihat ke bawah ketika ponselku bergetar di tanganku.

Messenger [Dari: Darcy] Keluar dari taksi sekarang, dan semoga berhasil!

Tenggorokanku memanas ketika aku membaca pesan itu lagi, memasukkan ponselku ke saku belakang, aku melihat ke belakang ke pintu otomatis. Dimana dia datang? Aku memindai antara dua pintu sampai aku melihatnya mendekat. Rambut pirangnya lurus, menggantung di atas bahunya, mengenakan kaus kebesaran dan legging hitam dengan sepatu Blue New Balance. Dia terlihat sangat cantik, aku menarik napas dalam-dalam ketika pintu terbuka. Mereka bertiga masuk ke dalam bandara yang sibuk, dia terlihat sangat lelah dan rapuh.

Darcy mengetuk pintu lebih dulu, wajahnya terlihat sedih dan khawatir tapi dia memberiku senyuman meyakinkan, senyum untuk memberitahuku ini waktunya. Aku mengambil beberapa langkah, berusaha untuk tidak goyah ketika berjalan. Dia melihat sekeliling bandara, wajahnya datar tapi matanya menyimpan begitu banyak emosi. Aku ingin tahu apa yang dia rasakan. Kenapa dia terlihat sangat tertekan.

"Rose." Kepalanya terangkat dan seketika matanya bertemu dengan mataku, pipinya memerah saat dia melihatku berjalan masuk.

"Apa yang kau lakukan di sini? Apa yang terjadi dengan bibirmu?" Dia bertanya, seraya melangkah lebih dekat. Jantungku berdegup kencang di dadaku. Jangan mengacaukan ini, Luca. Berhentilah menjadi pengecut dan katakan padanya.

"Aku baik-baik saja, aku harus bertemu denganmu dan memberitahumu sesuatu." Aku berbisik, mengambil napas dalam-dalam. Wajahnya terlihat terkejut, apa dia melihat betapa kasarnya diriku. Betapa lelah dan tertekannya selama berhari-hari. Aku rela menyerahkan hidup ini untuknya. Chloe dan Darcy berdiri beberapa kaki di belakangnya, mengawasiku dengan ingin tahu.

Delicious Rose (Indonesian Translation)Where stories live. Discover now