9

316 15 0
                                    

Rose

Aku berputar di kursi kerjaku, mencoba menghalangi ingatan mimpi burukku, masa laluku. Semua orang telah mengerti saat melihatku mengalami gangguan, itu bukan hal baru bagi mereka. Tapi, tidak untuk Luca. Sepanjang hari Minggu aku hanya duduk di tempat tidur, dan bersembunyi dari rasa malu.

Daniel mencoba masuk dan berbicara padaku untuk sementara waktu, aku tak tahu apa yang dia katakan pada semua orang, tapi dia tahu betapa menderitanya diriku, bagaimana aku tidak bisa tidur selama berbulan-bulan ketika Ayah meninggal. Aku menatap ponselku bergetar di meja, nomor tak dikenal telah mengirim pesan padaku.

Pesan Teks [Dari: Tidak Dikenal] apa yang kau lakukan setelah bekerja?

Aku ragu-ragu, tidak yakin siapa dia. Lalu membalasnya.

Pesan Teks [Kepada: Tidak Dikenal] Siapa ini?

Hanya dalam beberapa detik kemudian ponselku bergetar lagi.

Pesan Teks [Dari: Tidak Dikenal] Aku Luca, kau mau makan? X

Aku berhenti mengetik sebelum menekan kirim, apakah ini ide buruk? Aku tidak dapat menyangkal kita memiliki beberapa suasana aneh saat kami sedang berdua. Kami mungkin menemukan bahwa kami saling tertarik satu sama lain, tapi kami tidak menindaklanjutinya? Tentunya itu bukan hal yang buruk. Seperti Lee dan aku? Mungkin dia hanya ingin menjadi temanku? Atau dia ingin tahu tentang Sabtu malam?

Pesan Teks [Kepada: Tidak Dikenal] Ya, baiklah. Dimana dan kapan? X

Aku menggigit kukuku, sambil menunggu balasannya. Aku tahu ini bukan ide yang baik, aku tahu kami memiliki chemistry seksual yang lebih kuat daripada saat seperti aku dan Lee. Aku tahu kakakku tidak akan senang, tapi inilah aku dan aku tidak bisa menghindari pria ini.

Pesan Teks [Dari: Luca] Aku akan menjemputmu dari kantor, pukul lima tiga puluh oke? X

Pesan Teks [Kepada: Luca] Sempurna x

Pada pukul lima dua puluh sembilan aku berjalan ke toilet, aku harus memeriksa diriku sebelum bertemu dengannya. Gaun ketatku yang menempel ditubuhku hampir tidak bisa membuatku bernapas. Sepatu heels hitamku yang bisa membunuh kakiku tapi aku sudah terbiasa menghadapinya dengan wajah datar. Aku menyapukan jari-jariku ke rambut pirang bergelombangku ketika aku memandang diriku sendiri untuk terakhir kalinya. Aku tidak terlihat terlalu buruk setelah bekerja seharian penuh.

Setelah melangkah keluar menuju udara malam yang sejuk, aku seketika berhenti. Aku mengawasinya dari jarak beberapa kaki, dia bersandar pada Mercedes 4x4 hitamnya. Dia mengenakan jaket bomber hitam, celana skinny jeans, dan sepatu bot Chelsea cokelat muda. Ini sangat tidak adil, dia sangat menawan dan aku bahkan tidak bisa memilikinya. Aku memasang senyum palsu yang lebar ke arahnya, mencoba mengabaikan kemungkinan lecet di tumit kiriku.

"Well, kau terlihat cantik." Pujinya, dia tersenyum padaku, wajahnya berseri-seri.

Dia memeluk pinggangku untuk membawaku pergi dan membuka pintu penumpang untukku. Entah bagaimana aku berhasil naik ke mobil tanpa merobek gaunku. Aroma rokok dan cologne memenuhi udara ketika dia naik setelah menutup pintu di sampingku, lalu berbalik menghadapku. Jantungku berdegup kencang ketika napasnya yang lembut tercium olehku. Kendalikan dirimu Rose, dia mungkin seperti dewa tapi kau bisa melakukan ini.

"Apa yang kau ingin makan?" Dia bertanya, aku mengalihkan pandanganku dari bola mata birunya yang menakjubkan lalu melihat keluar jendela.

"Aku tidak tahu." Balasku dengan cepat, merasa canggung saat berada di sekelilingnya dalam ruang yang kecil ini, aku ingin menerkamnya, tapi aku tidak bisa.

Delicious Rose (Indonesian Translation)Where stories live. Discover now