4. Lama tak jumpa

665 117 0
                                    

BRAKK!!

Semua orang menjerit histeris saat melihat sebuah mobil truk berguling menghantam kendaraan yang terparkir di sisi jalan lalu meluncur terus ke trotoar, hingga kemudian berhenti saat menabrak pohon hingga tumbang menimpanya.

Alvin membeku tak berkutik. Dia berada tepat di sebelah truk yang sudag ringsek itu. Tubuhnya bergetar hebat. Tak menyangka jika apa yang dua lakukan dengan melompat ke jalanan akan berhasil menghentikan mobil- tanpa menabraknya sedikit pun.

Walau kondisi supir truk pasti sangat mengenaskan sekarang, tapi setidaknya Alvin berhasil menghentikan kecelakaan yang lebih parah seperti dalam kilasan prediksinya tadi.

Alvin melirik ke arah persimpangan, samar-samar melihat mobil hitam yang Rania tumpangi berhenti di sana. Ia cukup lega, meski beberapa detik kemudian dia mencium aroma anyir dari dalam truk itu, seketika membuat dia merasakan desiran kuat di aliran darahnya. Kakinya mendadak lemas, tubuhnya limbung, hampir saja jatuh jika saja tak ada seorang kakek tua yang menahan punggungnya.

"Kamu tidak apa-apa, Nak?"

Alvin segera menegakkan tubuh, meski kepalanya kini mulai pening. "S-saya gak apa-apa."

"Kamu pasti shock, ayo minum dulu." Entah darimana tiba-tiba kakek tua itu menyodorkannya botol minuman. Menarik lengannya pelan, membuat pemuda itu seketika merinding karena rasa dingin yang langsung menjalar dari tangan kakek itu.

Alvin segera mundur. Menatap kakek itu takut. "S-saya pergi dulu." Tanpa menunggu balasan Alvin segera pergi dari sana. Entah kenapa perasannya tak enak.

Sementara itu di dalam mobilnya, Rania mematung melihat dengan kejadian di depan sana. Kedua pasang matanya memanas dan jantungnya berdetak sangat cepat. Aris- kakaknya juga nampak shock bukan main. Untung saja mereka bisa selamat.

Rania segera mengalihkan pandangan ke arah samping mobil. Di mana saat itu tak sengaja dia melihat samar-sama sosok Alvin yang berlari di trotoar.

Ia mengernyit heran. Kenapa Alvin ada di sini?

***

"Ma! Rey pulang." Alvi berseru saat memasuki rumahnya. Tubuhnya masih lemas, masih begitu shock dengan kajadian tadi. Ia melangkah lunglai memasuki rumah.

"Ma!" Tak ada sahutan. Namun, beberapa detik kemudian Alvin dibuat berhenti ketika melihat seseorang yang tengah menuruni tangga.

"Kak?" Alvin bergumam. Entah harus merasa senang dan sedih melihat keberadaan kakaknya itu. Sudah lama sekali dia tak bertemu dengannya. Alvin rindu sekali.

"Lo bukan adik gue."

Alvin tersenyum miris. Ternyata kakaknya sama sekali tak merasakan kerinduan yang sama sepertinya. Jelas terlihat jika kakaknya itu masih menyimpan kebencian yang sama seperti dulu pada Alvin.

Jujur saja Alvin sendiri tak tahu kenapa kakaknya itu membencinya selama ini. Setelah papa mereka meninggal lima tahun lalu, sikap Dava tiba-tiba berubah. Semula lemah-lembut dan menyayanginya, berubah jadi kasar dan membencinya. Dava bahkan memilih pergi dari rumah dan tinggal di luar kota bersama pamannya daripada di sini bersama Alvin dan Elisa.

Sakit hati? Tentu saja. Setidaknya Alvin ingin tahu masalahnya ataupun alasan dibalik kebencian Dava padanya. Namun, sebanyak apapun bertanya, ia tak kunjung mendapat jawaban. Membuat Alvin semakin curiga jika ada banyak hal yang disembunyikan darinya.

DARKSIDEWhere stories live. Discover now