15. Memori terburuk

403 75 2
                                    

Usia Dava baru menginjak 6 bulan ketika papanya memutuskan menikah kembali dengan Elisa, setelah istrinya meninggal disaat melahirkan Dava. Dava yang sama sekali belum mengerti apa pun tiba-tiba saja diperkenalkan dengan lingkungan baru yang asing.

Meski begitu Dava senang karena berkat pernikahan itu ia akhirnya mendapat kasih sayang dari seorang ibu juga. Kemudian dia jauh lebih senang ketika setahun kemudian dia mempunyai seorang adik laki-laki.

Usianya satu tahun ketika Alvin hadir menjadi bagian di kehidupannya. Dava sangat menyayangi Alvin, dia menjaganya dengan baik, dan selalu mengalah pada adik kecilnya itu. Alvin yang lucu, Alvin yang banyak tingkah hingga dia kewalahan, dan Alvin yang selalu mau menang sendiri.

Sejak kecil Alvin itu ceroboh, hampir setiap hari membuat barang pecah dan kadang sampai tak sengaja melukai diri sendiri. Karena hal itu pula Papanya jadi sering marah padanya. Awalnya hanya marah dengan bentakkan biasa, tapi gara-gara satu kejadian ... marah papanya berubah jadi kekerasan.

Sampai sekarang Dava masih ingat betul kejadian apa yang membuatnya takut pada Alvin selama seminggu dan juga membuat papanya marah besar.

Saat itu Alvin baru berusia lima tahun dan Dava enam tahun. Mereka sedang bermain di belakang rumah. Main tanah, membuat jalanan untuk mobil mainan mereka.

Mereka mengerjakannya bersama. Selang beberapa menit, Alvin ingin mengambil air di kran dekat kolam ikan. Namun, bahkan saat Dava sudah menyelesaikan jalan miliknya, Alvin masih belum kembali juga. Ia jadi cemas dan segera menyusul adiknya itu. Akan tetapi ... ketika sampai di sana yang dilihat Dava justru adalah pemandangan yang mengerikan.

Alvin berjongkok di pinggir kolam, sedang memotong-motong seekor ikan dengan pisau yang entah darimana dia dapatkan.

Tidak. Bukan seekor. Saat Dava mendekat lagi, dia melihat ada dua kepala ikan yang sudah terpisah dari tubuhnya di sana.

Seluruh tubuh Dava bergetar. Namun, ternyata bukan di sana puncak ketakutannya, tapi ketika Alvin menyadari keberadaannya dan menoleh ke belakang. Saat itu rasanya Dava hampir pingsan melihat di sekitaran mulut hingga pipi Alvin penuh dengan darah segar.

Dava mual. Rasanya ingin muntah.

"Rey, kamu ... sedang a-apa?" Dava berkata dengan suara bergetar. Ia mendekat, tapi tak berani menyentuh Alvin.

"Jangan ganggu."

"B-berhenti, jangan begitu. Ka-kakak laporin kamu ke mama mau?"

"Pergi." Tatapan mata Alvin menajam. Dava semakin ketakutan, apalagi saat itu Alvin sedang memegang pisau. Ia takut Alvin melukainya nanti.

"Rey ... kenapa ada darah di wajah kamu?"

Alvin tak menjawab. Ia kembali ke posisi jongkoknya. Mendaratkan pisau itu kembali ke ikan yang sudah terbagi dua di sana.

Dava menelan ludah. Takut. Perlahan mundur, tapi baru dua langkah mundur dia ambil, tubuhnya menabrak sesuatu di belakang. Ia berbalik, matanya membulat lebar saat melihat papanya di sana.

"Papa?"

"APA-APAAN KAMU REY! DASAR ANAK KURANG AJAR!"

DARKSIDEWhere stories live. Discover now