6. Orang misterius

598 96 6
                                    

Fira baru saja masuk ke kelas dan langsung dibuat mendelik saat melihat keberadaan seseorang yang duduk di bangku belakang tempat duduknya.

"Ngapain di sini?"

"Apa, sih? Kepo amat. Gak perlu peduliin gue." Alvin mendelik sinis.

"Lo mau ganggu Rania lagi setelah kejadian kemarin?" tuduh Fira, lalu duduk dengan posisi berbalik menghadap Alvin. Menatapnya nyalang.

"Bisa gak usah peduliin gue? Urus aja urusan lo sendiri. Gue lagi males debat."

Fira menganga kecil. Dibuat bungkam sejenak. Tak menyangka Alvin yang biasanya pecicilan bisa memasang wajah seserius itu.

"Saran aja, mending jangan deket-deket sama dia dulu. Bukannya di maafin, lo malah bakal makin dibenci." Fira memberi saran.

Alvin berdecak. "Gue gak peduli." Ia tahu Rania tak akan memaafkannya, tapi di sisi lain Alvin tak bisa diam saja dan membiarkan bayang-bayang kejadian itu menghantuinya sepanjang malam.

Semalam saja dia sampai bermimpi bibirnya jadi dower setelah dikutuk oleh Rania. Mengerikan sekali.

Setelah menunggu lama sambil berdebat bersama Fira, akhirnya orang yang ditunggu datang. Seperti biasanya, Rania memasang wajah datar tanpa ekspresi, tatapannya menyorot berani, dan langkah kakinya begitu anggun berpijak. Dilihat dari sudut mana pun, Rania memang semenawan itu. Sayang, sifatnya tak semenarik penampilannya.

"Minggir!"

Bahkan taanpa menanyakan tujuan keberadaan Alvin lebih dulu, Rania langsung saja mengusirnya. Alvin memajukan bibir, memasang wajah memelas, kata Dani dia harus seperti itu agar mendapat simpati orang lain. Namun boro-boro simpati, yang dia terima malah tatapan nyalang Rania dan tabokan dari buku Fira.

"Geli!" Fira berseru.

"Minggir lo." Rania berkata dingin.

Alvin menggeleng. "Gak akan sebelum lo maafin gue."

"Udah gue bilang gue gak akan maafin lo."

Fira terkikik geli karenanya. Dugaannya benar. Alvin mendelik, wajahnya makin masam. "Gue harus gimana biar lo maafin gue?"

"Jangan pernah ada dalam jarak pandang gue."

"Lah? Tapi kita kan sekelas, sesekolah, sekota, senegara."

Rania berkata dingin. "Karena itu, gue gak bisa maafin lo."

"Kenapa???" Tiba-tiba Alvin merengek sambil menghentakkan kaki. Fira mendelik jijik, Rania mundur sedikit dengan tatapan aneh. "Kita cuma gak sengaja ciuman! Kenapa lo semarah ini," ucap Alvin frontal. Membuat Rania melotot.

"Gak usah diomongin!"

"Kenapa? Lo udah punya pacar? Lo takut pacar lo tau?" Alvin berdiri ke hadapan Rania, justru membalas nyolot. Lama-lama dibuat kesal dengan gadis keras kepala itu. "Coba sini mana pacar lo, biar gue yang jelasin dan minta maaf."

Rania mendorong dada Alvin hingga termundur. "Gue gak punya pacar."

"Terus alasannya apa? Ngomong coba biar gue paham." Alvin bertanya geram. Ia menatap mata Rania lama, mencoba mengorek pikirannya, tapi anehnya selalu gagal.

Rania terdiam. Masih dalam raut wajah datar. "Memang ada orang yang bakal terima kalo di posisi gue?" balasnya tajam.

Alvin menelan ludah. Tak punya kalimat untuk membalasnya.

"Bisa minggir, gue mau duduk."

Dengan spontan Alvin bergeser. Membiarkan Rania menang lagi.

***

DARKSIDEWhere stories live. Discover now