#1 Ancaman

87.7K 3K 56
                                    

Langit pagi nampak begitu cerah, si matahari dengan semangatnya menampilkan sinar tercerahnya sekarang. Begitupun juga aku, dengan semangat 45 menyusuri lorong demi lorong untuk mencapai tempat kerjaku. Ah iya perkenalkan nama aku Indira paramita. Aku biasanya sih dipanggil Indi atau Indira, yah sesuka kalian sajalah mau memanggil apa, tapi jangan coba coba panggil aku sayang. Dan perlu kalian tahu aku bekerja disalah satu bank swasta di kotaku. Dengan mengandalkan keterampilanku dari sekolah dan universitasku.

Disinilah aku sekarang dimeja keramat yang sudah aku tempati sejak 2 tahun yang lalu. Menjadi customer service di bank Harapan Bangsa ini, yang merupakan bank swasta. Dituntut untuk memberikan senyum kepada nasahabah meskipun badan terasa remuk dan masalah menumpuk.

Setelah berifing jam 7.30 tadi, aku segera melangkah menuju mejaku kembali dan dengan sigap melayani para nasabahku yang ingin mendapatkan informasi. Dan tentunya ada juga menanyakan solusi kepadaku sebagai customer servise disini. Tak hanya sendiri aku menjadi customer service, disini aku ditemani 3 orang cewek, dan yang dua merupakan senior. Mereka adalah Aini sahabatku, Mbak Nanik, Mbak Yuyun.

Jika kalian mengira bekerja sebagai customer service itu enak, hanya duduk duduk, berbicara pada nasabah, dan pastinya bisa ngadem, kalian salah besar pekerjaan customer service tak semudah itu verguso. Kami harus meyakinkan nasabah tentang produk kami, macam macam pinjaman, dan solusi dari perekonomian mereka. Namun jika kita gagal untuk meyakinkan maka gaji kita akan menjadi taruhannya, ngeriii gakk??

Tak hanya itu ngerinya, tapi pas dapat nasabah genit yang suka menggangguku, itulah yang paling aku benci dan membuat aku risih, seperti sekarang ini, aku harus ekstra sabar jika saja ini bank milik nenek moyang aku pasti udah aku buang ke amazon nih orang.

"bapak jadi mau ambil pinjaman yang mana?". Dengan ramah aku menanyakan pada bapak didepanku, yang ku ketahui bernama Dimas, seorang o mom gesss.

"kalau saya mau ambil kamu boleh gak?". Ucap pak Dimas dengan mengedipkan matanya, sontak saja aku yang melihatnya langsung bergidik ngeri, gilak kali nih tua Bangka, udah bau tanah aja sok sok an genit.

"maaf pak kita harus professional". Aku mengingatkan pada pak Dimas jika aku sedang bekerja.

"Iya saya tahu, kalau kamu mau menjadi istri ke 5 saya, kamu gak usah kerja begini, saya bakalan belikan kamu bank malah, biar kamu jadi bos sayang". Ucapnya dengan tangan yang hendak menyentuh daguku namun segera aku tepis dengan kasar, hingga menyebabkan ia mengerang kesal.

Cukup sudah kesabaran ku sampai disini, mungkin bapak itu sudah tak waras, bagaimana bisa ia memiliki istri sebanyak itu? Dia mau buat konfoi? Atau konser?, entahlah hanya bapak itu dan istrinya yang tahu.

"kalau bapak gak jelas, saya masih ada urusan, mendingan bapak silahkan pergi". Ucap aku mengusirnya, tapi masih dengan nada yang halus.

"kamu ngusir saya? Berani sekali kamu? Kamu gak tahu saya siapa?". Pertanyaan bertubi tubi itu keluar dari mulut si tua Bangka yang genit naudzubilla itu.

"maaf tidak pak". Aku pun menjawab pertanyaan terakhir dari Pak Dimas.

"lihat aja nanti kamu bakalan nyesel sudah ngusir saya". Hardiknya dengan menatap saya tajam bak elang yang siap memangsa.

Entah mengapa mendengar ucapan bapak tadi aku merasa takut? Apa dia cuman mengancam? Tapi bagaimana jika dia akan mencelakaiku? Ya Allah lindungilah hambamu ini ya Allah.

Perginya Pak Dimas itu, bertepatan dengan waktu makan siang tiba, maka tak heran sekarang gue dikerubungi oleh para teman teman gue, yaitu Mbak Nanik, Mbak Yuyun, dan Aini, untuk menceritakan perdebatan alot antara aku dan pak Dimas, Nasabahku tadi.

"In kamu gak papa?". Tanya Mbak Nanik dengan sifat keibuannya, memang Mbak Nanik ini biasa kita panggil dengan sebutan mak.

"gak papa ko mak". Jawabku dengan mencoba senyum, meskipun rasanya aku juga masih kesal.

"lagian tuh aki aki nyolot bener mau jadiin kamu istri ke 5 nya In". sungut Aini, yang memang tempat duduk nya disebelahku.

"emangnya kamu mau In kalau dijadikan istri ke 5?". Goda Mbak Yuyun dengan terkekeh sambil memandang wajahku.

"amit amit mbak, udah gak dapet perjaka, mau di madu lagi, emang dasar kebangetan tuh orang". Aku mengucapkan itu dengan bergidik ngeri kala mengingat wajah Pak Dimas saat mengajakku menjadi istri ke 5 nya.Seketika kita berempat tertawa renyah, mendengar apa yang aku katakan tadi.

Hari ini merupakan hari yang melelahkan bagiku, bagaimana tidak? Aku harus lembur berdua dengan Aini, guna menyelesaikan beberap dokumen para nasabah. Dan mau tak mau aku harus mengerjakannya.
"In kok banyak gini sih kerjaannya". Gerutu Aini yang berada disebelahku.

"udah sukuri apa yang ada hidup adalah anugrah". Aku menjawab pertanyaan Aini dengan nyanyian.

"ih kamu mah gak asyik a". ucapnya sambil memajukan bibir berapa centi meter.

"lagian kamu ngeluh mulu Ai". Ucap gue sambil terus memfokuskan pandanganku kearah laptop.

"oh ya In, kalau kamu nerima tawaran bapak bapak tadi enak juga, kan enak jadi bos, mau dibelikan bank lagi, gak usah capek capek kerja lembur bagai kuda gini". Oceh Aini yang suksess membuatku memelototkan mata.

"mendingan aku kerja lembur gini Ai, dari pada harus jadi istri kelima". Dengan nada kesal aku membalas ocehan Aini tadi.

Tempat saat jarum jam menunjukkan pukul 19.00 kerjaan kami kelar, maka dengan segera aku dan Aini segera bergegas untuk pulang, dan rencananya aku akan nebeng jemputan Aini nih.

"In, kamu mau bareng siapa pulang dah?, ini pacar aku mau jemput sekarang". Ucap Aini yang cukup membuatku kesal.

"gak papa deh aku pesen gojek aja deh". Ucapku meyakinkan Aini.

Dan benar saja tak lama kemudian, pria menaiki motor ninja putih itu berhenti didepan kami yang sedang duduk di halte bus, karena menunggu jemputan. Siapa lagi pria itu kalau bukan Andre pacarnya Aini, kata Aini mereka jodoh karena nama mereka sama sama berinisial A. emang kalau gesrek tuh gitu tuh anak.

"yah In aku duluan ya". Pamit Aini yang aku balas dengan anggukan dan senyum manis.

"hati hati Ai". Ucapku padanya, dan membalas lambaian tangannya.

Sepeninggal Aini suasana makin mencengkam, dan sialnya lagi aku berulang kali memesan ojek online, tapi semuanya dicancel terus, abang dan ayah yang terus aku telfon pun tak kunjung tersambung, aku jadi kesal. Kenapa sih hari ini aku sial bangeettt, dari diajak nikah dan jadi istri ke 5, disuruh lembur mendadak, dan sekarang tak kunjung mendapatkan driver ojek online.

Saat aku meratapi nasib, tiba tiba ada yang mencolek daguku, dan saat aku menoleh, betapa kagetnya aku melihat siapa yang melakukan hal tadi. Ya dia, penyebab hariku siallll.

"pakk..pakk..pak Dimas". Aku tergagap menyebut nama orang itu, jujur ancaman tadi pagi kembali terngiang ditelingaku, apah ini yang dimaksud ancamannya??

*****

Gimana nih perasaan kalian setelah baca bagian ini?

Welcome to story New Me

Siapa nih yang kerja di Bank? Atau yang punya cita cita pengen kayak gitu?

Apa itu yang dimaksud ancaman pak Dimas?

Mau apa ya kira kira pak Dimas?

Gimana nasib Indri setelah ini??

Nextt gak?

Lumajang, 19 Juni 2020

Mendadak Jadi Ning (OPEN PREE ORDER) Where stories live. Discover now