#20 Bumil Ngidam

22.7K 1.4K 20
                                    

Tidurku harus terusik tatkala merasakan perutku yang meronta ronta ingin dikeluarkan semua isinya.

Dengan gerakan secepat kilat aku langsung saja berlari menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarku.

"Huek".

"Huek".

"Huek".

Aku memuntahkan semua isi yang ada diperutku dengan kedua tangan bertumpu didinnding.

"Huek".

Saat aku sedang berjuang memuntahkan semua isi perutku, tiba tiba sebuah tangan memijat tengkukku.

"Huek". Lagi dan lagi, aku memuntahkan semua yang ada diperutku, hingga yang keluar hanyalah cairan bening saja.

"Sudah? ". Tanya Mas Alvian.

Aku hanya mengangguk mendengar pertanyaan dari Mas Alvian, karena memang tenagaku sudah habis akibat muntah tadi.

Setelah membasuh muka dan membersihkan sisa muntahan diperut aku langsung saja memutar tubuh ingin kembali kekamar, tapi Mas Alvian lebih dulu menggendongku.

"Mas". Ucapku pelan, karena memang aku sudah tak bertenaga.

"Udah diem".

Akhirya aku menuruti saja untuk digendongnya karena memang aku malas berdebat dengannya.

Setelah sampai diranjang ia langsung saja mendudukkan tubuhku.

"Udah enakan? Gak mual lagi? ". Tanyanya sambil memijit pundakku.

"Enggak mas". Jawabku dengan nada lirih.

"Aku cariin minyak kayu putih ya, sama sekalian ambilin air hangat buat kamu minum". Ujarnya yang langsung beranjak.

"Mas Alvian". Panggilku. Dan sontak saja si empunya menoleh kepada sang pemanggil.

"Gak usah Mas ini masih malam dan mendingan kamu tidur lagi aja". Titahku, karena sebenarnya aku gak tega dia harus ngerelain waktu tidurnya seperti ini.

Alih alih menjawab Mas Alvian, malah berlalu dari sana tanpa sepatah katapun.

"Bikin kesel aja". Cibirku, saat melihatnya berlalu tanpa menjawab perkataanku.

Sambil menunggu Mas Alvian, aku tersenyum sumringah sambil mengelus elus perutku yang masih rata ini.

Aku bahagia bisa merasakan morning sicknes meskipun berakibat tenagaku menjadi berkurang dan tubuhku lemas.

"Cepat keluar ya nak, Abi dan Umi menunggumu". Aku mengajak mengobrol buah hatiku yang masih ada didalam perut. Untuk panggilan memang aku dan Mas Alvian sepakat untuk mengajarkannya memanggil kami Abi dan Umi.

Saat sedang mengelus elus perutku, serta mengajak bicara calon buah hatiku, tiba tiba ada sebuah tangan yang mengikuti kegiatanku.

Aku mendongak menatap sang pemilik tangan, siapa lagi kalau bukan Mas Alvian suami tercintaku.

"Jangan nakal ya nak, jangan buat umi kelelahan dini hari gini". Ucap Mas Alvian sambil tersenyum.

"Mas, udah kamu tidur lagi nanti kalau udah mau tahajudan aku bangunin". Ujarku.

"Minum nih, biar aku pijitin kaki kamu ya biar gak pegal". Mas Alvian malah menyodorkan segelas air putih hangat. Barulah setelah itu ia beralih ke minyak kayu putih dan memijit kakiku.

"Makasih Mas, besok besok kamu gak usah bangun, kasihan kamu kan juga capek habis kerja, adik gak papa kok cuman muntah doang". Ujarku padanya.

Mendengar penuturanku dia langsung saja menghentikan aktivitasnya yang sedang memijit kakiku, dan beralih menatapku.

Mendadak Jadi Ning (OPEN PREE ORDER) Onde histórias criam vida. Descubra agora