#3 Keputusan mengejutkan

35.3K 2.5K 53
                                    

Tak butuh waktu lama, ayah dan bunda sudah tiba dilokasi yang sudah ku sebutkan tadi. Dan langsung saja aku berhambur ke pelukan bunda.

"Bunda Indi gak ngelakuin itu". Ucapku sambil menenggelamkan wajahku dipelukan mama.

"Iya sayang bunda percaya kok". Ujar mama sambil membelai rambutku dengan lembut.

"Permisi". Ucap seseorang yang aku yakini itu adalah Alvian.

"Maaf om, tante, saya sungguh tidak berbuat apa apa dengan anak gadis tante dan om,  ini murni hanya tuduhan semata dari para warga". Ujar Alvian yang kembali menjelaskan perihal kejadian tadi.

"Kenapa kalian bisa sama sama? ". Tanya Ayah dengan tatapan mengintimidasi.

Akhirnya mau tak mau, aku mulai menceritakan tengang kejadian pak Dimas yang ingin menodaiku, sampai saat kami beranjak akan pulang warga menuduh kami berbuat mesum.

"Makasih Nak". Ucap papa sambil tersenyum.

"Alvian, kamu gak papa? ". Tanya wanita paruh bayah yang tiba tiba menghampiri Alvian, dan kutebak dia adalah uminya.

"Umi, Vian gak papa kok". Ucapnya sambil menyalimi tangan uminya.

"Rosita". Ucap mamaku, pada uminya Mas Alvian.

"Hani, Reza". Umi Rosita terkejut melihat keberadaan orang tuaku.

"yaampun Ros lama gak ketemu yaa". Ucap mama yang langsung berhambur memeluk umi Rosita.

"Ini? ". Tanya Umi Rosita saat melihatku.

"Ini Indi, anak kami Ros, dan dia yang dituduh berbuat mesum sama anakmu Alvian". Bunda menjelaskan tentang aku dan Alvian.

"Yaampun nak, tapi kamu gak diapa apain kan sama Alvian? ". Tanya Umi Rosita sambil membolak balikkan badanku.

"Enggak kok tante". Ujarku sambil tersenyum ramah.

"Kok tante sih panggil umi aja". Suruhnya yang langsung aku angguki saja.

"Reza". Sapa seorang pria paruh bayah kepada ayahku.

"Loh Hardi, apa kabar Di" . Ucap Ayah sambil bersalaman dengan Om Hardi.

"Jadi yang dituduh anakmu? ". Tanya Om hardi sambil melirikku yang diam.

"Iya, yaudah ayok kita bereskan masalah ini segera". Ajak Ayah dan langsung saja menemui para warga yang menuduh kami tadi.

"Permisi pak, kami orang tua dari mereka". Ujar Om Hardi sopan.

"Eh iya pak, jadi gini pak anak bapak berdua ini  melakukan mesum didalam mobil, Untung kami menemukannya". Ujar bapak bapak yang melilitkan sarungnya dilehernya itu.

"Eh pak kita gak mesum ya, mungkin bapak gak fokus lihatnya, lagian dia nolong saya kok pak". Sewotku pada bapak bapak itu.

"udah dek saya tadi lihat kamu pegangan tangan sama dia".

"Pak tadi saya cuman mau diobatin sama dia". Sungguh gue kesal, bagaimana tidak Alvian malah diam tak membantuku sama sekali untuk berbicara.

"Jadi ingin bapak gimana? ". Tanya Umi Rosita pada para warga.

"Nikahkan saja mereka agar tak berbuat mesum lagi,  atau kalau enggak saya bawa kekantor Rt, dan memviralkan ini semua lewat media sosial". Ancam bapak berbaju navi tersebut.

Aku melotot mendengar ancaman bapak itu, sungguh aku tak habis pikir dengannya, bagaimana bisa dia menyuruhku untuk menikahi lelaki yang jelas jelas tidak ku kenal.  Oh tidak.  Ya Allah tolonglah hambamu ini.

"Kalau saya setuju tapi kembali lagi dengan mereka". Ucap Om Hardi.

"Kamu gimana Vi?, dia cantik Vi, anak sahabat umi dan abi, umi yakin ini jodohmu Vi". Umi Rosita menanyai serta meyakinkan putranya itu.

"Abi juga setuju dengan umimu Vi,  lagian diusiamu yang sudah 27 tahun kamu belum menikah juga". Ucap Om Hardi.

"Alvian mau mi". Ujar Alvian.

"Om ijinkan saya menikahi putri om, saya janji akan membahagiakannya". Ucapnya didepan Ayahku, jujur aku terenyuh mendengar ini. Sejauh ini tak ada yang berani bicara seperti itu pada Ayahku, bahkan mantan pacarku memilih putus karena ku suruh bertemu dengan ayah.

"Om merestuimu nak". Ucap Ayah sambil menepuk pundaknya.

"Yah". Panggilku.

"In, dia anak baik, anak sahabat ayah, mungkin ini yang terbaik untukmu,  lagian kamu kan gak punya pacar sampai sekarang, usiamu itu sudah 25 tahun In, sudah saatnya Bunda nimang cucu". Jawab Bunda, yang membuat hatiku terasa sakit, apakah bunda sangat menginginkan cucu? Apa iya aku harus menikah dengan cowok yang sama sekali tak ku kenal ini.

"Apakah kamu mau menikah denganku". Pinta Alvian,  bagaimana bisa nih orang mengatakan hal itu seolah tanpa beban.

Aku ingin mengatakan tidak, tapi saat melihat sorot mata orang tua ku, sangat kentara jika mereka menginginkanku menikah. 

"Tapi aku kan gak kenal Bun? ". Aku mengabaikan pertanyan Alvian barusan.

"Kalian bisa mengenal seiring berjalannya waktu nak". Ujar Umi Rosita padaku. Aku juga melihat sorot harapan itu dimata kedua orang tua Mas Alvian.

"Tapi Bun".

"Udah In, ini saatnya kamu menikah, lagian nak Alvian mau menikah denganmu". Ujar Bunda.

Dengan satu tarikan nafas aku membalas pertanyaan yang terlontar dari bibir mas Alvian.

"Iya saya mau menikah dengan kamu". Ujarku sambil menunduk.

"Alhamdulillah". Ucap keempat orang tua itu, dan juga para warga.

Entah, Aku tak tahu bagaimana kehidupanku setelah ini,  menikah tanpa adanya cinta, membuatku tak yakin untuk bahagia bersamanya.  Namun aku percaya jika Allah itu adil, mungkin dibalik ini semua ada hikmahnya.

*****

Gimana nih perasaannya setelah baca part 3?

Duh Guz Alvian mau nikah nih sama Indri?

Bahagiakah mereka?

Next or no?

Lumajang, 20 Juni 2020

Mendadak Jadi Ning (OPEN PREE ORDER) Where stories live. Discover now