#23 Takut akan kehilangan

19.4K 1.2K 35
                                    

"Masa lalu itu cukup saja dikenang, tanpa harus diulang kembali dimasa mendatang".

Story. MJN

*****

"Siapamu Reina itu Bi? Kayaknya pernah dekat? Sampai tahu perubahan kamu". Bertanya sekaligus menyindir. 


Yang inginku dengar dari bibirnya adalah kata "Bukan siapa siapa, cuman temen lama". Tapi itu hanya ekspetasiku, dan realitanya? Cukup menyakitkan.

"Masa laluku". Ucap Mas Alvian singkat, dan dua kata yang ia ucapkan sukses membuatku terdiam kaku.

Apa yang dia bilang? Masa lalu? kenapa masa lalunya datang disaat aku dan dia sudah berbahagia, bahkan sebentar lagi kami akan menjadi orang tua. Apakah iya dia akan marebut Mas alvian dariku? Ataukah Mas Alvian sendiri yang akan berpaling?.

"Sudahlah mi, jangan berpikir yang tidak tidak, itu cuman masa lalu abi". Ucap Mas Alvian sambil memegang kedua bahuku. Sementara aku? Hanya diam dan merunduk.

"Masa lalu kan bisa saja kembali dimasa depan". Ucapku pelan.

"Mi, tatap mata abi!" Titahnya yang aku turuti saja.

"Abi bersumpah dengan nama.... ". Sebelum Mas Alvian meneruskan kalimatnya dengan cepat aku memotongnya.

"Sudahlah bi, jangan mempermainkan nama Allah, cukup kau buktikan pada umi, bahwa hanya umi dan anak kita yang kau harapkan".

"Umi harap abi tidak berpaling dari umi, karena umi tahu dia lebih segalanya dari umi, bukan hanya dari segi ilmu, fisik pun dia menang". Ucapku sambil menatap nyalang daun pintu.

Dengan gerakan gesit Mas Alvian membawaku kedalam pelukannya.

"Aku tak pernah memandang wanita lain selain, Umi, Uti, dan Aya, seumur hidupku,  hanya mereka yang aku sayangi".

"Namanya masa lalu tetap masa lalu dan tak akan pernah terulang lagi"

"Masa lalu itu cukup saja dikenang, tanpa harus diulang kembali dimasa mendatang".

"Abi sayang sama umi, tak pernah terbesit sekalipun dalam otak abi untuk berpaling dari umi, abi bersyukur punya umi yang begitu sempurna dimata abi, dan tadi saat abi langsung menarik umi dari sana, alasannya adalah agar umi tak sakit hati mendengar penuturan Reina yang ngawur, dan mengenang masa lalu. Padahal dalam memori abi itu semua sudah tidak ada, sudah terganti dengan momen bersama umi dan calon anak kita". Ucap Mas Alvian sambil memelukku erat.

"Semoga saja semua ucapanmu benar bi". Aku ikut menelusupkan kepalaku didada bidangnya.

"Jangan pernah membandingkan diri umi dengan orang lain, karena itu membuat abi sakit, dan merasa bahwa abi tak becus menjadi suami".

"Maaf".

"Sudahlah jangan membahas Reina lagi, sekarang yang harus kita lakukan adalah mempersiapkan persalinanmu yang sudah dekat". Ucap Mas Alvian sambil mencubit hidungku.

*****

Makan malam dirumah hari ini turut mengundang Reina guru baru sekaligus masa lalu suamiku. 

Mendadak Jadi Ning (OPEN PREE ORDER) Where stories live. Discover now