#14 Rumah Bunda

24.6K 1.5K 10
                                    

Setelah dari restoran kami memang benar benar menuju rumah bunda, dan rencananya akan menginap disana.

"Kamu kayaknya seneng banget dik, mas jadi merasa bersalah". Ucapnya sambil sesekali memandang kearahku, lalu kembali lagi fokus pada jalanan.

Aku mengernyit heran, kenapa juga Mas Alvian harus merasa bersalah?

"Kenapa kok mas merasa bersalah?". Akhirya aku menanyakan pertanyaan yang sudah meronta ronta ingin keluar dari bibirku.

"Yah mas gak ada waktu buat nganterin kamu kerumah bunda, dari awal pernikahan sampai sekarang mas gak pernah kan ngajak kamu kerumah orang tuaku, berasa suami yang gak becus tahu gak".

"Mas apaan sih, mas gak gitu kok,  gak papa meskipun dari awal menikah sampai saat ini mas gak pernah ngajak Indi untuk kerumah Ayah Bunda, Indi maklumi kan mas juga sibuk bekerja untuk Indi". Ucapku sambil mengelus lengannya, bagaimana bisa suamiku ini memiliki pemikiran begitu?.

"Mas emang gak salah milih kamu, udah cantik, solehah, pengertian lagi, uhh jadi pengen cium". Ucap nya sambil memonyongkan bibirnya.

"Enak aja fokus nyetir sana". Ujarku berpura pura galak.

"Makin sayang kalau galak". Bukannya takut Mas Alvian justru terus saja menggodaku, oh mas apakah kau tak lihat seberapa merahnya pipiku ini?.

"Au ah gelap". Ucapku asal dan langsung saja memejamkan mata.

"Pakek senter atuh dik biar gak gelap". Ia terkekeh diakhir kalimatnya.

"Masssssssss". Geramku. Sedangkan Mas Alvian hanya tertawa cekikikan.

*****

Tepat 10 menit kami berkendara akhirnya sampailah dirumah bunda. Rumah yang menjadi tempatku berteduh dari panas dan hujan selama berpuluh puluh tahun.

Rasanya rindu sekali aku dengan rumah ini.  Biasanya aku sering duduk sendirian ditaman ataupun diteras rumah, kadang sama Abang, Ayah, Bunda, atau Mbak Ely.

"Abang". Teriakku saat melihat abang yang baru saja keluar rumah dengan menggendong Zidan ponakanku.

"Ante Ndi". Ucap Zidan dengan pelafalan yang belum begitu lancar.

"Aduh ada adek cantik". Ucap Bang Rival. Dan langsung saja aku memeluknya rasanya rindu sekali pada sosok pelindungku itu.

"Eh udah ada suami gak malu masih manja sama abang".

"Biarin".

"Assalamualaikum Bang, apa kabar?". Oh sungguh suamiku itu sok sopan.

"Waalaikumsalam, alhamdulillah baik Al, kamu sendiri gimana kabarnya?". Tanya Bang Rival sambil mengurai pelukannya denganku.

"Alhamdulillah Alvian baik bang".

"Cih adik sendiri gak ditanyai kabarnya". Cibiriku sambil memajukan bibir beberapa centi ke depan.

"Kayak ada orang ngomong tapi gak ada orangnya ya Al? ". Tanya Abang pada Alvian, sungguh aku menjadi orang yang teraniaya disini.

"Abangggg, aku aduin bunda ya ini". Ancamku. Memang setiap kali abang menggangguku, pasti aku akan mengadukan pada bunda.

[DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT]


*****

Gimana nih perasannya setelah baca part ini!

Gimana baper?

Ngakak?

Next or no?

Lumajang, 17 Juli 2020

Mendadak Jadi Ning (OPEN PREE ORDER) Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin