#26 Berpisah?

22.3K 1.3K 84
                                    

Author Pov

Satu minggu ditinggal Indi dunia Alvian seakan suram, tak adalagi yang memintanya untuk membeli sesuatu yang aneh.

Tak ada lagi pelukan hangat, tak ada lagi kecupan hangat dipunggung tangannya.

Semua terasa 180 ° berubah, dan berbanding balik.

Seperti halnya sekarang , Alvian duduk termenung sendiri ditaman pesantrennya sambil menengok cahaya matahari yang kian terik.

"Umi, abi rindu sama umi". Lirih Alvian.

Tak bisa ia pungkiri memang hatinya, tengah merindukan sang istri. Tapi lagi lagi hatinya juga masih bimbang, antara siapa yang salah disini.

"Apa iya yang salah itu Reina? Apa iya Reina waktu itu ingin mencelakai Umi? ". Alvian bermonolog sendiri.

Sungguh kali ini Alvian benar benar bimbang, disatu sisi ia ingin sekali bertemu istrinya, dan disisi lain ia ingin memberi pelajaran pada istrinya yang pencemburuan itu.

Saat Alvian tengah termenung tiba tiba, seseorang menghampirinya dengan tersenyum merekah.

Dan amarah Alvian seakan memuncak saat melihat sosok Reina yang ingin tersenyum manis.

"Ngapain kamu? ". Tanya Alvian dingin, tatkala melihat Reina.

"Al kamu kok gitu sih". Rajuk Reinan sambil mengerucutkan bibirnya.

Kilatan amarah terpancat jelas dari sorot mata tajam Alvian. Alvian menganggap Reina adalah salah satu faktor renggangnya hubungan mereka, karena sejak ada Reina , Indi jadi pencemburuan.

"Pergi". Ucap Alvian singkat.

"Al".

"Pergi". Suara Alvian naik satu oktav.

"Bukan hanya karena kemarin saya membelamu didepan istriku itu artinya cinta dihati saya masih ada, tidak, sebenarnya saya menyesal pernah mengenalmu, jangan pernah ganggu saya dan rumah tangga saya". Ucap Alvian, lalu meninggalkan Reina.

"Al aku masih cinta sama kamu Al, aku nyesel karena gak mau diajak menikah kamu, aku memilih mengejar profesiku sebagai uztadzah dan berkuliah di kairo". Ia berucap pada Alvian yang sudah terlanjur membelakanginya.

Mendengar penuturan Reina, Alvian mengehentikan Langkahnya, dan berbalik menyorotnya dengan tajam.

"Saya tidak peduli, sudahlah lupakan yang sudah berlalu, hidup itu terus berjalan jadi menataplah kedepan. Saya sudah menemukan masa depan, dan kamu harusnya mencari masa depanmu juga bukan malah merusak kehidupan masa lalumu". Ucap Alvian tajam.

"Tapi Al kamu kan sebentar lagi akan bercerai, buktinya Indi pergi dari pesantren". Ujar Reina.

Mendengar itu Alvian langsung saja melotot "Jaga ucapanmu, sampai kapanpun saya tidak ada melepaskan Indi, dan kita bukan akan berpisah tapi belajar mendewasakan pikiran masing masing".

"Apa sih Al kelebihannya istrimu itu, cantikan juga aku, iman dan ilmunya juga tinggian aku lah". Ucap Reina berbangga diri.

"Indi itu segalanya buat saya, dan dia adalah pelengkap iman saya, dia jauh diatasmu, meskipun dia tak cantik tapi akhlak dan hatinya cantik, dan ingat tak ada orang yang tinggi iman dan ilmunya akan merusak rumah tangga orang lain". Setelah mengatakan itu Alvian benar benar pergi.

Mendengar ucapan Alvian, Reina menggeram kesal, seraya berucap "Lihat saja Al kamu pasti akan kembali kedalam pelukanku".

*****

Author pov

Sama halnya dengan Alvian, Indi pun merasakan kesepian yang sama.

Sudah lama tinggal bersama, tidak mudah untuk berjauhan.

Dengan mengelus perut buncitnya, Indi memikirkan perihal suaminya itu.

"Nak, abimu sedang apa ya?". Indi bertanya pada calon anaknya, seolah olah calon anaknya bisa menjawab.

"Apakah abimu juga sedih? ".

"Indi". Panggil Bundanya.

"Eh bunda". Ujar Indi yang langsung bangkit dari duduknya.

Bunda membawa anaknya duduk dikursi taman, dan ia langsung saja mengelus perut buncit sang anak.

"Bunda tahu, kalau kamu ada masalah dengan Alvian, bunda kecewa sama dia". Ucap Bunda sambil terus mengelus perut sang anak.

"Maksud bunda apa sih". Indi mencoba berdrama didepan sang bunda.

"Indi, bunda adalah orang yang melahirkan kamu, disini kita punya kontak batin, dan sesempurna apa kamu membohongi bunda, bunda akan tahu juga, karena apa? Karena bunda juga bisa merasakan bagaimana perasaanmu, kalau kamu sakit bunda bisa merasakannya nak, insting seorang ibu itu kuat". Ucap Bunda, sedangkan Indi sudah menangis dipangkuan sang bunda.

Sembari mengelus kepala sang anak, bunda melanjutkan ucapannya " Ceritakan apa yang terjadi, bunda tersiksa melihatmu seperti ini".

Akhirnya Indi menceritakan pokok permasalahannya dengan Alvian, ia menceritakan awal Reina datang, memfitnahnya, Alvian membentaknya, sampai akhirnya Indi pulang kerumah itu.

"Nak maafkan bunda dan ayah yang menyuruhmu menikah dengan Alvian". Sang Bunda ikut menangis.

"Tidak bunda, karena dengan bunda menjodohkan Indi sama Mas Alvian, Indi tahu rasanya dicintai itu bagaimana, dan Indi juga tahu rasanya pahitnya pernikahan seperti apa, dan kini kebahagiaan indi akan segera lahir". Ujar Indi pada sang bunda.

"Ternyata gini ya bun, rasanya sakit hati, sakit tapi tak berdarah". Ucap Indi sambil tersenyum miris.

"Secepatnya Ayah akan urus surat ceraimu dengan Alvian". Suara itu langsung saja mengagetkan keduanya.

"Ayah".

*****

Gimana nih perasaannya setelah baca part ini?

Duh apakah Indi akan berpisah dengan alvian?

Yuk berdoa bersama semoga saja kebenaran cepat terbukti 😭

Follow :
Ig: Faifaatjh_
Wp : Musdalifafaifa

Next or no?

Lumajang, 6 Agustus 2020


Mendadak Jadi Ning (OPEN PREE ORDER) Where stories live. Discover now