War Of Hormones | 8

4.3K 466 27
                                    

Tolong, tandai bagian yang typo...

Ali menggenggam tangannya memasuki apartemen yang entah milik siapa. Yang jelas, lelaki itu dengan mudahnya memasuki apartemen yang pengawasannya begitu ketat itu.

Ketika pintu apartemen terbuka, Ali mendorong tubuhnya ke dalam hingga jatuh terduduk di sofa panjang yang letaknya tak jauh dari pintu. Setelah mengunci pintu, dilihatnya Ali yang mendekatinya dengan tatapan yang berkobar penuh amarah. Mengikuti kata hati, dia bergerak mundur dan berdiri dari duduknya hendak menjauhi Ali, namun gagal karena lelaki itu tiba-tiba menarik tubuhnya hingga kepalanya membentur dada bidang Ali.

Dia berontak, namun Ali merengkuh pinggangnya dan mencengkeramnya kuat membuatnya mengigit bibir bawahnya.

Tatapan dan raut wajah Ali benar-benar membuatnya takut. Perasaannya tak enak, apalagi setelah Ali membawanya ke apartemen yang hanya ada dirinya dan Ali. Kedua tangannya kontan memeluk Ali dan meremas baju bagian punggung milik tunangannya itu.

Dia terisak. Wajahnya dia sembunyikan di dada bidang yang terdengar jelas detak jantungnya yang berdebar kencang. Ali emosi dan dia tidak tahu apa yang akan Ali lakukan setelah ini padanya.

"Ali."

Kata lirih yang dia ucapkan tak mendapat jawaban. Justru geraman yang dia dapat diikuti dengan pelukan tiba-tiba dari tubuh besar tunangannya itu. Tubuhnya sedikit terhuyung ke belakang dan nyaris kehilangan keseimbangan andai tangan kekar itu tak merengkuh pinggangnya.

Rasanya dia sulit bernafas ketika kepala lelaki itu berada di lekukan lehernya diikuti kecupan ringan yang membuatnya tak nyaman dan ingin melepas pelukan. Namun yang terjadi justru sebaliknya, dia tetap diam membiarkan Ali menyembunyikan wajahnya di lehernya dan mengendus-endus lehernya membuatnya menggelinjang kegelian.

Kedua tangannya kontan meremas rambut bagian belakang Ali yang tiba-tiba menyesap lehernya cukup lama membuat aliran darah di sekujur tubuhnya terhenti. Jantungnya nyaris jatuh ke perut ketika Ali menjauhkan wajahnya dari lehernya dan kedua tangan yang merengkuh pinggangnya kini menangkup wajahnya. Tatapannya beradu dengan tatapan Ali yang kini tidak menatapnya tajam. Justru menatapnya...sendu?

Wajah tampan itu mendekat pada wajahnya hingga hidungnya dan hidung Ali bertabrakan. Deru nafasnya dan Ali bersahutan. Tatapannya tetap beradu dengan raut yang berbeda.

"Apa yang mau lo tahu tentang gue?" Ali menatap iris hazel dengan tatapan sendu dan geraman tertahan ketika bibir merah muda itu begitu menggodanya. Sial.

"Yang aku dengar...itu...beneran?"

Ali menampilkan smirk nya yang membuat tubuh Prilly meremang. Merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi setelah ini.

"Kalo gue bilang itu benar, apa yang akan lo lakukan?" tantang Ali menatapnya meremehkan.

Air matanya jatuh. Tatapan sendunya menatap dalam wajah tampan yang kini berada sangat dekat dengannya ini. Kedua tangannya meremas tangan kekar yang menangkup wajahnya. Isak tangisnya menggema dan membuat Ali melahap bibirnya hingga isakannya teredam disela ciuman yang menuntut itu.

Dia berontak dengan air mata yang semakin jatuh dengan derasnya. Ali memang sering menciumnya dan dia terima-terima saja akan itu. Tapi entah kenapa, untuk saat ini dia benar-benar muak ketika Ali menciumnya. Dia merasa seperti dilecehkan dan tak dihargai.

"Jawab gue! Apa yang akan lo lakukan jika yang lo dengar itu benar?" tanya Ali setelah melepas ciumannya dan menatap Prilly lekat yang mengatur nafasnya.

Memegangi kedua pundak Ali, dia memejamkan matanya. Sesuatu tak kasat mata menusuk dan mengiris hatinya. Jika yang dia dengar benar, dia tak tahu apa yang dia lakukan. Kenyataan yang dia dengar benar-benar membuatnya sakit hati dan... kecewa. Tidak menyangka lelaki yang selalu dia kagumi akan seperti ini.

War Of HormonesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang