War Of Hormones | 21

6K 518 83
                                    

BTS - Your Eyes Tell
Lagu Fav uwuuu:v

Tandai bagian yang typo...

Awalnya, Prilly tidak ketakutan saat melihat darah. Dan sekarang...ah, mungkin lebih tepatnya sejak kejadian satu minggu lalu, dia menjadi sering mual, histeris dan ketakutan ketika melihat darah. Tak hanya ketika melihat darah dia seperti itu, saat melihat benda tajam seperti pisau pun tubuhnya langsung menggigil dengan wajahnya yang mendadak pucat.

Dia merasa hidupnya tak setenteram dulu. Dia selalu memiliki ketakutan jika berhadapan dengan hal-hal kecil yang mengundang banyak tatapan aneh dari orang sekitarnya.

Seperti yang terjadi hari ini. Dia melihat temannya tak sengaja menjatuhkan gelas jus hingga pecah dan saat membersihkan sisi pecahan gelas, tangan temannya itu terkena pecahan gelas hingga berdarah.

Dia yang baru memesan makanan dan berdiri tepat di depan temannya yang membungkuk sembari meringis kontan menutup mulutnya dengan satu tangan. Dia melangkah mundur hingga tubuhnya ditahan oleh seseorang yang merupakan Ali.

Ali tahu apa yang dia rasakan karena lelaki itu lah yang menjadi penyebab kenapa dia sekalut ini.

"Tenang. Jangan terlihat mencurigakan."

Ali berbisik padanya yang langsung dia turuti. Tangan kekar lelaki itu menggenggam erat tangannya dan menariknya ke meja yang sebelumnya ditempati dia dan Ali.

Ali menyodorkan air putih yang langsung dia terima dan teguk sampai setengah. Pelipisnya berkeringat dan tak disangka, Ali mengusap keringatnya sebelum meniup pelan pelipisnya.

Dia masih bungkam. Jantungnya berdegup kencang dengan segala pemikiran yang tertuju pada kejadian asal mula dia mendadak ketakutan berhadapan dengan darah dan pisau. Kedua tangannya begitu dingin dengan nafas memburu. Dia tak mau seperti ini tapi ingatan sialan itu menghantuinya.

"Lo harus kuasai diri lo sendiri. Jangan bikin trauma memperburuk keadaan lo," ucap Ali yang kini mengecup singkat kedua tangannya dengan tatapan lurus ke arahnya.

Dia menatap sekitar dan melihat beberapa pengunjung resto sekolah menatap ke arahnya dengan tatapan ingin tahu. Jelas mereka seperti itu, sikapnya yang aneh membuat mereka berpikir macam-macam. Mungkin ada yang bilang jika dia punya gangguan kejiwaan karena hanya melihat darah dan pisau dia langsung histeris.

"Ali...aku takut," lirihnya menatap Ali sendu.

Ali. Lelaki itu menarik kepalanya hingga kepalanya bersandar pada bahu lebar lelaki itu. Satu tangan Ali merengkuhnya dari samping dan satu tangan lainnya menggenggam tangannya yang masih dingin.

"Lo takut karena lo gak bisa lupain kejadian itu."

"Sulit," balasnya dengan tatapan kosong.

Ali menghela nafas panjang dan meremas pelan tangannya membuatnya memekik kesakitan.

"Jangan bikin gue semakin merasa bersalah karena keadaan lo yang seperti sekarang, Prill!" geram Ali yang dia balas dengan helaan nafas panjang.

War Of HormonesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang