War Of Hormones | 27

4.8K 487 49
                                    

We Don't Talk Anymore
Cover by : Jimin & Jungkook of BTS
[ BTS FESTA 2017 ]

Tandai bagian yang typo...

Hari yang dinantikan dan menegangkan telah tiba. Tepatnya pada hari ini pelaksaan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Ali dan Prilly beda sesi membuat keduanya tak bisa bersama di sekolah. Tapi, itu semua tak jadi masalah. Sebab, Ali yang memang maunya sendiri tetap mengantar jemput dan menemani Prilly di sekolah.

Seperti saat ini contohnya. Ali menemani Prilly di depan ruang LSP. Di tangannya ada buku catatan Prilly yang berisi materi untuk LSP hari ini, hari pertama. Sebelumnya, guru produktif MM telah memberitahukan apa saja yang akan di tes dan guru produktif MM telah memberi perintah kepada anak jurusan Multimedia untuk menghafalkan teknik pengambilan gambar. Sehingga, lihatlah kerja keras Prilly dalam menghafalkan semua teknik pengambilan gambar.

Dia tersenyum ketika melihat wajah frustasi Prilly saat tak hafal penjelasan teknik pengambilan gambar bagian Extreme Close Up.

Tak tega melihat raut frustasi ibu dari anaknya itu, dia akhirnya menjawab.

"Extreme Close Up dimana pengambilan gambar dari jarak sangat dekat, hingga pori-pori kulit pun bisa terlihat."

Prilly menatap Ali dengan raut bingung.
"Sok tahu kamu. Mana bisa pori-pori kulit bisa terlihat, apalagi ini pakai kamera, bukan teropong."

Ali mendesah panjang. Susah emang kalau berbicara pada ibu hamil. Yang benar dibilang salah dan yang salah dibilang benar. Dia memberitahu yang benar malah dikritik. Giliran dia memberitahu yang salah malah dimaki. Untung sayang, jadi masih pikir panjang untuk menghujat tunangannya yang mendadak menjadi menyebalkan itu.

Berusaha tenang, dia kembali menjelaskan pada Prilly agar si bumil satu ini tidak asal kritik.

"Di Extreme Close Up tujuannya adalah agar obyek menjadi sangat jelas. Jadi, pori-pori kulit bisa terlihat, begitu."

"Kalo gitu berarti kameranya ditempelin ke wajah dong."

Tenang. Sabar. Diam. Jangan hujat.
Ali berusaha menampilkan senyum manisnya, berusaha sabar.

"Gak harus ditempelin juga, Prill. Maksudnya, jarak kamera dengan si obyek ini sangat dekat, bukan berarti ditempelin. Kalo ditempelin, yang ada gambarnya buram, gak jelas."

"Tauah gak ngerti aku. Pusing, ribet, jadi males," Prilly menekuk wajahnya dan melipat kedua tangannya di depan dada dan melengos, enggan menatap Ali.

Oke, kesimpulannya di sini adalah, Ali kena getahnya. Prilly kesal pada hafalan teknik pengambilan gambar dan yang kena amuk justru dirinya.

Mencolek lengan Prilly, sesekali dia mengusap puncak kepala Prilly untuk bisa meluluhkannya. Dia tahu, sejak hamil mood Prilly sering berubah-ubah sehingga terkesan labil dan menyebalkan. Dia memaklumi karena hormon kehamilan.

"Jangan gampang nyerah dong. Kalo lo gampang nyerah, gimana mau bisa. Gak bisa, coba lagi. Masih gak bisa, coba terus sampai bisa. Semua gak instan, butuh proses yang panjang."

War Of HormonesWhere stories live. Discover now