War Of Hormones | 26

4.8K 519 98
                                    

Wishing On A Star - BTS

Tandai bagian yang typo...

Melewati pemikiran yang alot serta berusaha menahan diri untuk tidak berbuat kasar, pada akhirnya Ali berhasil menurunkan egonya. Sehingga, di sinilah dia dan Prilly berada, di ruang tamu kediaman Rita. Dia benar-benar ingin sekali mengumpati Prilly yang terus merengek ingin menggendong anak Rita.

Karena tidak mau membuat Prilly mendiamkannya yang berakibat buruk pada anaknya, akhirnya dia membawa Prilly ke rumah Rita. Sedari tadi, sejak kemunculan orang tua Rita yang mempersilahkan dia dan Prilly masuk, dia selalu menggeram dengan emosi tertahan melihat wajah orang tua Rita. Membuatnya kembali mengingat pada dendamnya yang telah dia coba untuk buang jauh-jauh sebelum karma menghampirinya. Meski terlambat, karena dia telah membunuh Rita dengan tangannya sendiri, setidaknya dia sadar jika yang dia lakukan memang salah.

"Gimana sekolahnya, Li?" tanya Papa Rita yang terlihat lemah menatap cucunya yang berada dalam gendongan Prilly dengan tatapan sendu.

Ali enggan untuk menjawab, namun sikutan dari Prilly membuatnya mau tak mau merespon. Wajahnya yang datar langsung ditatap tajam oleh Prilly dan melalui gerakan bibir Prilly, tunangannya itu menyuruhnya untuk bersikap ramah dan tersenyum walaupun sedikit.

Lagi, mau tak mau dia mengubah wajah datarnya dengan ekspresi ramah dan senyum tipis menatap Papa Rita.

"Sekolah Ali lancar, om."

Dilihatnya Papa Rita tersenyum dan kembali menatap cucunya yang terlihat tenang berada di gendongan Prilly.

"LSPnya kapan, Li?" tanyanya lagi membuat Ali memutar bola mata yang langsung mendapat cubitan dari Prilly.

Menahan ringisan, Ali kembali memasang raut wajah ramahnya.

"Minggu depan, om," jawabnya sekenanya. Malas berlama-lama berada di sini, namun demi Prilly, dia tahan kedongkolannya.

"Setelah lulus mau lanjut ke mana, Li?"

"Langsung nikah, om," sahut Ali malas yang langsung mengundang tawa Papa Rita yang menatapnya konyol.

Papa Rita kontan menatap Prilly yang melototkan matanya ke arah Ali.

"Tunanganmu udah gak sabar halalin kamu, nak. Bagus kalau gitu, jadi gak khawatir ada setan yang bisik-bisik. Jangan sampai nanti kayak putri om, belum lulus sekolah sudah hamil, giliran ada yang mau nikahin malah meninggal."

Ada kesedihan dibalik tatapan Papa Rita membuatnya menahan tangisnya. Tak tega melihat raut wajah Papa Rita yang begitu menandakan tak terima atas kepergian putri satu-satunya. Menghirup nafas dalam-dalam, dia menatap Papa Rita dengan senyum menenangkan.

"Mungkin, sudah takdirnya Rita seperti ini, om. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha menerima meski menyakitkan. Sekali lagi, saya turut berduka cita. Biarkan Rita pergi dengan tenang, om."

"Kami yang tidak tenang, Nak."

Semua perhatian mengarah pada kedatangan Mama Rita yang membawa minum untuk Ali dan Prilly. Wanita paruh baya itu menatap Ali dan Prilly bergantian dengan matanya yang berkaca-kaca.

Prilly mengerut kening, seperti ada yang mengganjal.

"Maksud tante?" tanya Prilly penasaran.

Prilly menahan nafasnya setelah melihat perubahan drastis Mama Rita. Terlihat lebih kurus dan...menyedihkan.

War Of HormonesМесто, где живут истории. Откройте их для себя