War Of Hormones | 20

6K 541 167
                                    

10000 hours
Cover by : Jungkook of BTS

***

Seperti biasa, tandai bagian yang typo...

Prilly menangis tergugu dalam pelukan Ali. Sebisa mungkin dia menghapus ingatan beberapa menit lalu yang sukses membuatnya kacau seperti ini. Tangisnya tak kunjung reda sehingga Ali menggendongnya ala bridal dan membawanya entah kemana. Dia tak memperhatikan menuju kemana langkah Ali. Yang jelas, dia menyembunyikan wajahnya ke dada Ali dan meluapkan tangisnya ditemani sinar sang surya yang mulai tenggelam di ufuk barat.

Tubuhnya meringkuk dalam pelukan Ali ketika Ali tiba-tiba mempercepat langkahnya. Kedua tangannya melingkari leher Ali dengan tangis yang tergantikan racauan ketakutan.

"Ali..."

Ali mengabaikannya membuatnya meremas rambut bagian belakang Ali sebagai pelampiasan emosi dan ketakutannya.

Dia ketakutan, namun Ali tak memiliki niatan untuk menenangkannya. Bagaimanapun juga, ini pertama kalinya dia melihat...Ali...

Argh! Dia tak mau mengingat kejadian yang...

"Ali...aku takut," gumamnya memberanikan diri menenggelamkan wajahnya di lekukan leher Ali.

Ali menghentikan langkahnya setelah sampai di dekat mobilnya. Dia menunduk, menatap tubuh bergetar Prilly. Dia terdiam, namun rahangnya mengetat karena Irham membawa Prilly ketika dia hendak...

Tak mau mengulur waktu, dia membuka pintu mobil bagian penumpang dan membanting tubuh Prilly. Dia menulikan pendengarannya ketika pekikan Prilly terdengar. Dia memasangkan sabuk pengaman untuk Prilly, berlalu mengitari mobil dan duduk di belakang kemudi, dia menjalankan mobil menuju apartemennya dengan kecepatan tinggi. Tak memedulikan Prilly yang sedari tadi meremas sabuk pengaman dengan mata terpejam.

Sesampainya di apartemen, dia kembali menggendong Prilly ala bridal dan kembali membanting tubuh lemah itu ke tempat tidur. Tidak memberi Prilly kebebasan, dia langsung menindih tubuh gadis itu dan memenjarakan tubuhnya diantara kedua tangannya. Tatapannya lurus ke bola mata ketakutan gadis itu.

Mendekatkan wajah, dia menyatukan keningnya dengan Prilly. Nafasnya yang memburu bersahutan dengan nafas pendek Prilly.

"Sekarang, gue minta lo buat lupain apa yang baru lo lihat," gumamnya.

"Kamu...bagaimana bisa? Bagaimana bisa aku lupain kejadian dimana kam..."

Ali langsung membungkam bibir Prilly dengan bibirnya. Sama sekali tak memperbolehkan gadis itu mengatakan apa yang baru saja dia lakukan pada Rita. Ini urusannya dan privasinya. Privasinya adalah urusannya dan yang lain tak berhak menghakiminya. Sebab, dia tengah melakukan sebuah kebenaran. Meluruskan takdir hidupnya.

Namun, melihat Irham membawa Prilly ke tempat yang menurutnya aman, dia menjadi lepas kontrol. Sesuatu dalam dirinya tak ingin Prilly terganggu karena melihat apa yang dia lakukan. Dia...seolah tak ingin membuat Prilly salah paham. Karena, semua yang telah dia rencanakan belum mencapai akhir. Terkutuklah Irham, lelaki itu telah mengacaukan segalanya. Sehingga, mau tak mau, dia harus menunjukkan siapa dirinya sebenarnya kepada Prilly. Tak ada jalan lain. Jika semua tak sesuai yang dia inginkan, maka dengan terpaksa dia akan membuat semuanya sesuai dengan yang dia inginkan.

War Of HormonesWhere stories live. Discover now