# 41 : 1-4-3 It's Hard To Understand You

167 19 4
                                    

Wendy membuka novel berwarna pink pastel yang sejak tadi ia genggam menuju tempat favoritnya disekolah, lebih tepatnya perpustakaan.

Setelah memposisikan dirinya senyaman mungkin. Ia pun membaca novel dengan judul Reaching on You tersebut dengan tenang.

Lama ia duduk sembari membaca dengan serius. Suara pendingin ruangan dan bilakan bukunya menjadi temannya dalam keheningan.

Setelah beberapa saat, Wendy meregangkan otot tangan beserta lehernya. Sembari melakukan peregangan manik matanya melihat sesorang diujung sana dengan posisi yang tak wajar.

Tepat dibalik rak paling ujung, ada seseorang yang yang menyusun sebuah kursi menjadi tempat peristirahatan, bisa dikatakan tidur siang (?)

Wendy hanya bisa menebak-nebak dalam hati, siapa yang berani tidur siang di tempat ini tanpa dimarahi penjaga perpus. Ya, perpustakaan sekolahnya sangat ketat terhadap peraturan. Termasuk dilarang tidur di perpustakaan.

Baru saja matanya ingin beralih--tepat setelah itu wajah yang tadi tertutupi oleh sebuah lengan tiba-tiba nampak jelas terlihat karena buku yang tadi menutupi seluruh wajahnya terjatuh, sehingga menunjukkan seluruh wajah putih bersinar itu.

"Wow.."

Wendy hanya bisa bergumam kagum. Selain tampan, pria itu benar-benar mempunyai kulit seputih susu. Dirinya yang seorang pun tidak nampak seputih itu.

Dia menggunakan lotion apa ya?

Tanpa sadar kaki jenjangnya sudah berdiri. Menimbulkan bunyi deritan kursi. Pelan tapi pasti, Wendy masih tampak tak sadar kemana kakinya melangkah. Hingga ia sudah berdiri tepat dihadapan pria itu.

Wendy menunduk mengambil buku yang terjatuh tadi. Kemudian garis lengkungan tipis muncul disudut bibir pink miliknya.

"Heh.. ini buku yang pengen gue pinjam kemarin. Kalau gak mau baca lo seharusnya kasih gue aja tau." Gerutu Wendy pada pria yang masih tertidur lelap tersebut.

Wendy semakin menunduk menatap wajah itu, tanpa sadar dirinya memandang wajah itu selama beberapa menit. Hidung mancungnya, bibir tipisnya, matanya dengan bulu-bulu lentik, rambut hitamnya dengan poni yang hampir menutupi matanya, lalu tarikan napasnya yang sangat teratur. Garis wajahnya nampak tegas, tapi menurut Wendy, pipi itu sangat menggemaskan. Seperti bakpao yang ia makan kemarin.

Bagaimana rasanya ya mencubit pipi itu?

Tersadar dengan pikirannya yang semakin aneh, Wendy langsung menggelengkan kepalanya. Supaya pikiran tak terduga itu buyar dengan cepat.

"Ya, Min Yoongi.. Kok bisa lo nyebelin banget, sih?"

Wendy berdecih, "bener sih lo ganteng. Banget lagi. Tapi lo dingin, kek kulkas berjalan!"

Srettt

Terlalu cepat—sampai Wendy terlalu lengah untuk sadar bahwa tangan kanannya yang ditarik telah membuat tubuh kecilnya berbalik menjadi dibawah pria dingin itu—Min Yoongi.

"Sedang apa?"

Napas hangat yang berembus menerpa kulit wajah Wendy, dekat—sangat dekat. Membuatnya hanya bisa tercekat dalam diam. Di satu sisi dia bimbang, jika dia bergerak resiko untuk tak saling bersentuhan sangat kecil—namun posisi mereka sekarang juga tidak benar!

Gawat—kulkas berjalan sedang ingin melahapnya untuk masuk dalam tubuhnya yang dingin!

Wendy hanya bisa berteriak dalam hati, merapalkan beberapa permohonan agar jangan dijadikan sayur dingin yang membeku. Tidak lucu dengan posisi kedua tangannya yang di genggam erat disamping tubuhnya sekarang. Terkunci. Benar-benar tidak bisa bergerak.

Berandal Skool [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang