Menulis puisi

1.5K 232 37
                                    

Hujan turun sangat deras. Bahkan disertai petir. Jihyo menutup telinganya menggunakan earphone. Dia benci hujan dan petir. Mahkluk-mahkluk di luar rumah itu dengan senang akan mengganggunya jika dalam keadaan begini. Mereka tau kemampuan Jihyo akan sangat peka.

'Maukah kau menemaniku di ruang gelap tanpa cahaya ini?'

Jihyo semakin mengeraskan volume musiknya. Ia tak masalah jika gendang telinganya rusak, yang paling penting suara-suara itu tidak terdengar lagi.

'Ayolah Jihyo coba masuk ke dunia ini, di sini nyaman dan harum'

Mahkluk itu masih mengganggunya. Ia melepas earphonenya dan segera beralih menuju meja belajar, mencari Alkitab. Tapi niatnya terurungkan karena ada perempuan dengan gaun khas belanda duduk di atas meja belajarnya.

Namanya Michelle, dia hidup berdampingan dengan Jihyo di kamarnya sudah hampir 12 tahun ini. Ia adalah pemilik rumah ini dulu, dan bahkan meninggal di kamar ini, jadi Jihyo tidak tega mengusirnya.

"Kenapa Chelle kok nangis?" Tanya Jihyo bingung. Tangis Michelle semakin pecah. Jihyo jadi kalut sendiri. Sudah makhluk asing di luar sana semakin berisik, sekarang makhluk di kamarnya juga ikutan menangis.

"Jihyo hiksss..."

"Kenapa sih Chelle? Ya ampun......"

"Kamu hiks... kok nggak nolongin mama kamu? Hiks hiks...."

"Kenapa mama?"

"Kamu tega Jihyo, mending sekarang kamu keluar hiks hiks hiks"

"BERANI-BERANINYA KAMU?" Tiba-tiba terdengar suara papanya berteriak kencang.

Jihyo segera berlari keluar dari kamarnya. Firasatnya juga tidak enak. Bodoh memang bisa-bisanya ia sibuk menenangkan diri menggunakan earphone sementara ada kejadian di luar kamarnya. Ia terus berlari dan menemukan mamanya sudah terduduk sambil menangis di lantai. Papanya menahan napas, matanya memerah, tubuhnya bergetar, terlihat benar-benar marah.

"KAMU BAHKAN NGGAK BISA JELASIN KAN NAYEON?" Teriak papanya lagi. Jihyo segera menghampiri mamanya dan membantu mamanya berdiri.

"Pa, tenang dulu" Jihyo berusaha menenangkan papanya.

"KAMU NGGAK USAH BELAIN MAMA KAMU, BIAR DIA PERGI SAMA CEWEK SIMPENAN DIA"

"JINYOUNG STOP! BUAT APA KAMU NGOMONG GITU DI DEPAN JIHYO?"

"APA? MEMANG BENER KAN APA KATAKU? KAMU MILIH JEONGYEON KAN? DARI AWAL MEMANG KAMU NGGAK PERNAH SAYANG SAMA SUAMI DAN ANAKMU KAN?" Papanya semakin membabi buta, membanting seluruh barang yang ada di sana.

"AKU BUKAN ORANG YANG SEPERTI ITU JINYOUNG"

"LALU KAMU ORANG YANG SEPERTI APA?"

"Pa udah pa" Jihyo menangis

"BIAR JIHYO SAMA AKU. KAMU PERGI JAUH DARI HIDUP KAMI DAN JANGAN PERNAH KEMBALI LAGI!"

"OKE KALO ITU MAU KAMU, AKU PERGI SEKARANG JUGA"

Jihyo yang sedari tadi sudah menangis menjadi semakin histeris. Ia menahan pergelangan tangan mamanya tetapi sang papa lebih dulu menarik Jihyo agar menjauh dari mamanya. Dan detik itu juga bayangan Mamanya hilang di balik pintu.

My Dearest Cousin (Jitzu)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें