Kepompong

1.5K 199 24
                                    

Tzuyu POV

Sekarang aku duduk bersama papa yang sedang mengisi TTS di teras rumah. Om Jinyoung juga ikutan. Tadi Bude Ratih bilang nggak sanggup kalo ngisi TTS satu kardus sendiri, sehingga beliau bagi-bagi ke bapak-bapak ini. Aku nggak ngerti kenapa keluargaku random banget sampai bagi-bagi TTS lalu mengisinya bareng-bareng begini.

"Ibu kotanya Filipina apa ya......." Papa bergumam sendiri.

"Ah iya Manila!" Aku gemas. Baru saja ingin menjawab malah sudah dijawab sendiri.

"Tanggal 5 Oktober adalah hari... OH HARI ABRI!" Om Jinyoung nggak kalah heboh. Apa sih gunaku di sini? Kenapa semua pada jawab sendiri-sendiri.

"Ais asik sendiri semua! Aku masuk aja kalo gini mah!" Aku segera beranjak. Mereka juga tampak tak peduli. Tapi sedetik kemudian papa malah berteriak:

"Eh bikinin Papa sama Om Jinyoung kopi dulu!"

Kan!

Banyak permintaan!

Terpaksa aku melangkah ke dapur dan malah bertemu Bude Ratih dan Mama yang sedang bergosip di sana.

"Kenapa sayang?" Tanya Mama

"Papa minta kopi" ucapku seraya mengisi panci dengan air lalu meletakkannya ke atas kompor.

"Biar bude aja, mbak!"

"Nggak papa bude, aku aja, bude temenin mama ngobrol aja!" Ku jawab seraya menghidupkan kompor lalu menyiapkan gelas beserta kopi dan gulanya. Tenang, aku sudah gapah soal dapur sekarang. Nggak perlu ada yang khawatir.

Aku menunggu air mendidih sembari melihat-lihat bumbu dapur dan segala macamnya. Ada sebuah toples yang benar-benar menarik perhatianku hingga akhirnya aku bertanya pada Bude Ratih.

"Bude, ini Hilo Teen punya siapa?" Aku mengangkat toples itu

Bude Ratih menoleh lalu menjawab "Ya punya mbak Jihyo lah mbak, masa punya bude"

Hah?

HAHAHAHA

Ini kocak.

Hilo Teen?

Dia pikir berapa umurnya?

Hahaha.

Ternyata dia berusaha keras selama ini.

Ya ampun Jihyo kenapa gemes banget sih.

Sembari menahan tawa aku langsung mengambil sebuah gelas lagi lalu menuang susu bubuk itu ke dalamnya. Setelah air mendidih langsung ku tuangkan air tersebut ke tiga gelas yang tadi. Ku aduk, lalu yang dua kuantarkan ke teras.

"Nih pa!" Ucapku

"Makasih sayang" balas papa

"Makasih Tzu!" Kata Om Jinyoung juga. Aku mengangguk dan buru-buru masuk. Mengambil segelas susu tadi lalu pamit pada Bude dan Mama untuk kembali ke kamar.

Ke kamar Jihyo maksudnya.

Kubuka pintunya dan tidak ada orang. Mandi kayaknya. Kuletakkan gelas tadi ke atas nakas lalu aku duduk di sofa dekat kasurnya, alias tempat favorit Mina dan Momo kalau sedang main ke sini.

Tak lama Jihyo keluar dari kamar mandi. Dengan pakaian lengkap dan rambut yang basah. Ia mengeringkan rambut dengan handuk kecil dan menatapku bingung.

"Kok udah ke sini? Udah mandi emang?" Tanya Jihyo. Aku menggeleng lalu berdiri.

"Ini mau mandi! Oh iya, jangan lupa di minum ya, itu udah kubuatin!"

Jihyo melirik nakas lalu matanya mendelik. Ia melotot lebar. Sudah belo tambah belo. Pipinya pun memerah. Setengah malu dan setengah kesal.

"Ish kamu kenapa ke dapur sih?" Jihyo menggerutu dan melengkungkan bibirnya. Seriusan, tahan aku untuk nggak nyium dia.

"Hahaha udah ah aku mandi dulu ya, nanti aku ke sini lagi!" Aku langsung membuka pintu

"NGGAK USAH KE SINI SEKALIAN"

"Hahahahaha"

****

Setelah mandi aku langsung masuk ke kamar Jihyo. Kulirik gelas di atas nakas yang ternyata sudah kosong. Sudah diminum rupanya hahaha. Dia berbaring di kasur dengan selimut menutupi tubuh dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Lucu

Mirip kepompong.

Jadi ini ceritanya dia lagi malu nih?

Aku terkekeh sambil membanting tubuhku ke sebelahnya.

"Halaaaawww" seruku. Dia menggerutu di dalam selimut

"Diemmm!" Katanya. Aku semakin tertawa kencang. Masih nggak habis pikir bisa-bisanya dia minum hilo teen.

"Hmmm... mana ya yang suka ngatain aku anak SMA. Kok nggak ada ya? Nyumput dimana ya?" Candaku dengan nada sok serius. Dia menggerutu lagi.

"Mau liat dong muka cemberutnya!"

"Dieemmmm!"

Seriusan

Pengen ku peluk terus ku uyel-uyel orang ini.

Ku buka paksa selimutnya. Ia langsung menarik bantal untuk menutupi wajahnya. Ku tarik juga bantalnya. Ia menutupi wajah dengan kedua tangannya. Terakhir kedua tangannya ku pegang. Ia meronta. Namun tetap kutarik hingga kini tanpa sadar aku berada di atas dia. Pandangan kami bertemu. Baru ia diam.

Jantungku berdegup kencang. Oh Tuhan posisi ini terlalu rancu hingga membuat pandanganku beralih ke arah bibirnya. Bisakah jangan merah begitu. Bisakah jangan mengundangku mendekat.

Deru napasnya terasa lembut di wajahku. Aroma vanilla khas Jihyo juga menambah kesan romantis di dalam ruangan ini. Dia diam saja. Dengan pipi merahnya yang membuatku ingin memakan pipi gembil itu.

Perlahan ku kecup bibirnya.

Cup.

Ia tetap diam.

Jantungku rasanya mau meledak.

Lalu ku tempelkan lagi bibir ku pada bibirnya. Rasanya lembut dan manis. Aku memejamkan mata. Sepertinya dia juga. Bibir kami terus menempel.

Terus menempel menyalurkan kasih sayang untuk satu sama lain.

Hingga akhirnya aku melumatnya. Melumatnya lembut seraya tangan kananku menggenggam tangan kirinya. Ia ikut membalas. Membalas lumatanku dan juga genggaman tanganku. Rasanya seperti ada yang main drumband di dadaku. Jantungku heboh sekali. Ini lembut dan manis. Aku menyukainya.

Ini semua terlalu indah.

Hingga akhirnya ciuman ini terlepas. Namun dahi kami masih menempel. Aku tersenyum senang. Dia tampak gugup dan berusaha menghindari tatapanku. Dan kubisiki pelan di depan bibirnya.

"I love you Jihyo!"

Dia langsung menarik bantal di sampingnya dan menutupi wajahnya.

"I love you too Tzuyu!" Balas Jihyo dengan suara teredam bantal.

Ya Tuhan, kenapa ada orang seimut ini?

Tolong sadarkan aku untuk nggak menerkamnya.

"Ayo tidurrr!" Ucap Jihyo dari balik bantal. Aku langsung berbaring di sampingnya. Baru sedetik posisiku berbaring, ia langsung meringsek ke dalam pelukanku. Memelukku erat dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leherku. Jantungku nggak pernah sehat kalau di dekat Jihyo.

Ku elus rambutnya dan membalas pelukan kekasihku ini.

Terakhir ku kecup dahinya sambil berbisik "Good night my sunshine"

"Hmmmm good night!"

Lalu kami terlelap dengan dia di dalam pelukanku.

___________
23-10-2020

My Dearest Cousin (Jitzu)Where stories live. Discover now